Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Strabismus atau mata juling acapkali bisa diidentifikasi pada usia dini, pada anak misalnya, tanda-tanda mata juling sudah dapat terlihat jelas. Apakah faktor genetik menjadi penyebabnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter spesialis mata Andito K. Adisasmito dari RSAB Harapan Kita mengatakan bahwa untuk bayi, mata juling belum bisa terlihat. Alasannya, pada 4 bulan pertama masa kehidupan, bayi memang sedang belajar mengkoordinasikan otot mata. Lebih dari umur itu, orang tua harus memperhatikan mata anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mitos terkait mata anak bisa juling kalau melihat ke atas belum terbukti, tetapi tidak bisa dipungkiri hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik. "Faktor risiko, faktor kacamata berperan, faktor genetik berperan, genetik kacamata atau genetik di keluarga ada yang juling dan faktor-faktor kesehatan yang berhubungan dengan masalah motorik dan sensorik akan beresiko terjadinya strabismus pada anak," ujarnya saat live Instagram @radiokesehatan, Rabu 7 Oktober 2020.
Sehingga, orang tua harus memperhatikan dan sigap melihat tanda-tanda mata juling pada anak, posisi kepala upnormal atau bisa dilakukan tes foto apakah terlihat juling. Bisa juga anak melaporkan penglihatan anak menjadi double harus segera diperiksakan kdkeokter sebelum menjadi buruk.
Strabismus tentu berdampak pada kondisi fisik dan psikis anak, terutama psikis. Anak yang mengalami juling memiliki tingkat stress yang tinggi, karena rendahnya penerimaan pada teman sebaya juga rendahnya rasa percaya diri. Namun, kondisi ini bisa diperbaiki apabila segera diperiksakan ke dokter.
"Pengobatan tergantung dari derajatnya, ada yang bisa dibantu dengan kacamata, patching atau tutup sebelah mata, ada latihan kekuatan otot bola mata, ini yang non bedah. Kalau tidak bisa dilakukan, maka bisa juga bedah," katanya.