Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kesehatan finansial menjadi salah satu kunci bahagianya suatu pernikahan. Perencana keuangan Irshad Wicaksono Ma'ruf mengatakan, hal yang menjadi prioritas pertama adalah mengelola cash flow dari penghasilan dan pengeluaran. Dalam hal ini, pasangan baru harus bisa berbagi tugas. “Misal suami berperan untuk pengeluaran rutin bulanan, dan investasi sedangkan istrinya bertugas sebagai 'eksekutor' membagi investasi untuk tujuan misal pendidikan anak, modal usaha, periapan hari tua," kata Irshad, Kamis 19 Juli 2018.
Baca: Keuangan dan Pekerjaan Penyumbang Utama Rasa Stres
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih lanjut, agar kondisi keuangan sehat, menurut ilmu perencanaan keuangan, persentase utang maksimal hanya 30 persen dari penghasilan. Di awal pernikahan pasti memiliki cita-cita dan harapan masa depan bersama, dan biasanya ada kaitannya dengan utang. Utang bisa jadi solusi tetapi juga harus hati-hati, tetap jaga neraca keuangan keluarga dalam posisi yang sehat. Maka, pasangan suami-istri harus rutin membuat daftar kewajiban dan lunasi utang terutama yang untuk tujuan konsumtif seperti kartu kredit, utang jalan-jalan bulan madu, dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jika Anda dan pasangan menciptakan kebiasaan menjaga utang maksimal 30 persen dari penghasilan, lalu menabung di awal terima penghasilan minimal sebesar 10 persen dari penghasilan, Anda dan keluarga sehat lahir batin dan pastinya keuangan juga,” katanya.
Baca: Saatnya Mengajari Si Kecil Mengelola Keuangan
Selain itu, Anda tidak pernah tahu kapan datang musibah seperti sakit ataupun keadaan-keadaan darurat lainnya. Untuk itu, setelah kewajiban bulanan terpenuhi, alokasikan dana darurat dalam perencanaan keuangan Anda. Besaran dana darurat yang perlu disiapkan apabila belum memiliki anak 6 kali dari penghasilan, apabila sudah memiliki anak sebesar 12 kali dari penghasilan bulanan.