LINTAH memang binatang pengisap darah. Namun, cacing datar bernama Latin Hirudo medicinalis ini diyakini bisa bermanfaat bagi manusia. Berbagai kitab pengobatan kuno menyebutkan, lintah sanggup menyedot darah kotor dan mengusir biang penyakit.
Kini, seperti dilaporkan edisi terbaru jurnal Annals of the Rheumatics Diseases, tim ilmuwan Jerman menggelar riset mengenai lintah. Penelitian yang dipimpin Andreas Michalsen, ahli penyakit dalam dari Klinik Essen-Mitte, Essen, Jerman, ini melibatkan 16 pasien penderita rematik radang sendi (osteoartritis) kronis. Para pasein, yang mengeluhkan sakit yang amat sangat di daerah lutut, dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok pertama, 10 pasien laki-laki, menjalani terapi lintah. Dokter menempelkan empat ekor lintah pada lutut pasien. Lintah dipersilakan mengisap darah pasien selama 80 menit sehingga diameter tiap lintah menggembung sampai 12 sentimeter. Sedangkan pada grup kedua, 6 pasien perempuan, dokter menerapkan terapi obat konvensional.
Sementara itu, secara periodik peneliti mengamati perkembangan pasien sebelum dan setelah terapi. ”Hasilnya mengejutkan,” kata Michalsen seperti dikutip Health Scout, pekan lalu. Sebelum lintah mengisap, pasien merasakan ngilu dengan level 7 (dari skala 0 sampai 10). Setelah lintah beraksi, ngilu berkurang hingga di level 3,7 dan efek positif ini terus bertahan sampai empat minggu seusai terapi. Padahal, pasien dengan terapi konvensional masih harus didera ngilu yang tak jauh dari level 7.
Menurut Sherwin Desser, ahli ilmu parasit dari Universitas Toronto, ludah lintah mengandung sekitar 100 senyawa aktif antinyeri, antiperadangan, dan antipembekuan darah. ”Senyawa inilah yang bekerja pada jaringan tubuh pasien,” kata Desser. Namun, Desser mengingatkan, guna mencegah infeksi yang merugikan, penderita diabetes dan kelainan darah sebaiknya tidak mencoba terapi lintah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini