JANGAN salah mengartikan dengkuran. Mendengkur bukan pertanda tidur yang pulas, melainkan justru tanda tak beres pada pernapasan dan aliran darah saat tidur. Bila terus berlanjut, ketidakberesan ini bisa mengacaukan irama metabolisme dan menurunkan daya tahan tubuh.
Masalahnya, bagaimana menyetop kebiasaan mendengkur atawa ngorok? Tim ilmuwan Walter Reed Army Medical Center, di Maryland, AS, punya jawaban. Menurut tim periset yang dipimpin Scott Brietzke, ahli saluran pernapasan dari Walter Reed Army, dengkuran dipicu getaran jaringan parut pada langit-langit mulut. Brietzke pun merancang semacam vaksin (yang berarti sebagai pencegah, bukan bibit penyakit yang dilemahkan) berbahan aktif tetradesil sulfat yang disuntikkan pada langit-langit dekat tenggorokan. Cairan vaksin ini berfungsi mengikis jaringan parut sehingga suara dengkuran melemah.
Selama setahun terakhir, menurut Brietzke, 27 responden menjajal vaksin anti-ngorok. Hasilnya, kekuatan suara dengkuran melemah dari 11 menjadi 2 desibel. ”Ini terapi yang sederhana dan manjur,” kata Brietzke kepada New Scientist, pekan lalu.
Namun, pendapat lain datang dari Profesor Neil Douglas, petinggi British Sleep Society, London, Inggris. Menurut Douglas, yang juga ahli otolaringologi (meliputi saluran per-napasan hingga kepala), ngorok bukan semata karena getaran langit-langit mulut. Berbagai faktor, misalnya susunan pembuluh darah, saraf, dan jalur pernapasan, turut mempengaruhi. Karena itu, Douglas menekankan, vaksin anti-ngorok hanyalah penanganan yang bersifat permukaan. Ngorok bakal muncul kembali selama akar penyebabnya tidak dibenahi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini