Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Melihat Psikologi Sosial Saat Ramai #KawalPutusanMK

Ramai #kawalputusanmk turut mempengaruhi orang untuk ikut turun ke jalan pada aksi massa tanggal 22-23 Agustus lalu. Berikut selengkapnya.

27 Agustus 2024 | 17.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Polisi menendang peserta aksi demonstrasi Kawal Putusan MK di Gedung DPR RI, 22 Agustus 2024. Foto: TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan selebritas hingga influencer mengajak masyarakat untuk turun ke jalan mengawal DPR yang ingin mengesahkan RUU Pilkada diantaranya lewat #kawalputusanmk.

Gelombang demonstrasi kawal putusan MK digelar di berbagai daerah di Indonesia sejak Kamis, 22 Agustus 2024. Unjuk rasa yang sebagian besar dilakukan oleh mahasiswa ini imbas dari DPR yang ingin menganulir putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal ambang batas dan usia pencalonan kepala daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ramainya perbincangan soal panggilan darurat ini mendorong berbagai elemen seperti mahasiswa, organisasi sipil, dan media turun ke jalan seiring kabar DPR menganulir Putusan MK itu lewat media sosial. Ramai tagar #kawalputusanMK memuncaki trending di media sosial X. Diperkirakan ribuan orang mengikuti agenda aksi ini di seluruh wilayah di Tanah Air.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Influencer dan selebriti yang ikut memberikan tanggapan kritis mereka soal situasi yang terjadi, memberi pengaruh kuat kepada publik untuk mereka mau turun ke jalan dan mengikuti demo. Semua kejadian saat demo pun dibagikan di media sosial, termasuk X yang kemudian semakin mempengaruhi masyarakat untuk peduli. 

Apa yang dilakukan oleh para influencer dan selebriti untuk mengajak pengikutnya berbondong-bondong peduli soal peringatan darurat ini bisa dilihat dari kacamata psikologi sosial.  

Mengenal Psikologi Sosial

Dilansir dari Psychology Today, psikologi sosial merupakan studi yang mempelajari tentang bagaimana kita berpikir, mempengaruhi, dan berhubungan satu sama lain. Cara orang memberikan pengaruh juga dilihat dari bidang ini. Tindakan yang seseorang lakukan tak sepenuhnya terjadi sepenuhnya atas kemauan orang itu, ada pengaruh dari luar yang ikut mengendalikan pemikiran dan tindakan orang tersebut.  

Perilaku individu dapat terpengaruh dari polarisasi kelompok. Penelitian menyebut jika, keyakinan yang dipegang seseorang semakin kuat saat berada di sekitar orang lain yang memiliki pandangan serupa. Ada kondisi yang mengatakan jika orang lain melakukan suatu hal, berarti hal tersebut benar.  

Secara heuristik yang digunakan sebagian besar dari kita untuk menentukan apa yang harus dilakukan, dipikirkan, dikatakan, dan dibeli, merupakan prinsip bukti sosial. Untuk mempelajari apa yang benar, kita melihat apa yang dilakukan orang lain. Bukti sosial menjadi jalan pintas untuk memutuskan bagaimana bertindak.

Banyak pengikut yang merasa terpengaruh terhadap perilaku atau tindakan yang diambil oleh orang yang disukainya. Disinilah influencer bekerja untuk memberikan contoh sebagai ajakan melakukan sesuatu yang mereka percaya dan dianggap benar oleh pengikutnya.  

Para peneliti menyimpulkan, "Konsensus kelompok tampaknya mendorong perubahan sikap di mana subjek cenderung mengambil posisi yang lebih ekstrim." Saat masyarakat atau individu mengalami keraguan atau ketidakpastian, mereka akan melihat apa yang diputuskan atau dilakukan oleh orang yang mereka kagumi. Apa yang mereka katakan malah menjadi tuntunan dan akhirnya menghasilkan keputusan seperti yang diambil oleh orang yang disukai.  

Kunci dari orang yang memiliki pengaruh adalah popularitas. Semakin orang memiliki nama baik, semakin mungkin ia diikuti banyak orang tindakan dan apa yang ia katakan. Sejauh ini, para influencer maupun selebriti yang ikut bersuara memiliki pengikut ribuan orang di media sosial mereka. Apa yang mereka katakan tentu akan mempengaruhi tindakan pengikutnya, khususnya dalam isu kawal putusan MK pekan lalu. 

Seorang peneliti di Universitas Essex, Julia Coultas mengatakan “Bagi seorang individu yang bergabung dengan suatu kelompok, meniru perilaku mayoritas akan menjadi perilaku yang masuk akal dan adaptif. Kecenderungan konformis akan memudahkan penerimaan dalam kelompok dan mungkin akan mengarah pada kelangsungan hidup jika melibatkan keputusan, misalnya, untuk memilih antara makanan bergizi atau beracun, berdasarkan peniruan perilaku mayoritas.”

SAVINA RIZKY HAMIDA | KAKAK INDRA PURNAMA| PSYCHOLOGY TODAY
Pilihan editor: Tagar Tentang Kawal Putusan MK Viral, Ada Tandingan 'Pilih Damai Bareng Prabowo' Digulirkan

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus