Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mencegah Mubazir Mamografi

22 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DETEKSI dini kanker payudara sangat dianjurkan. Tapi, bila menggunakan cara dan alat yang tidak tepat, malah buang biaya. Menurut dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Monty Priosodewo Soemitro, deteksi massal dengan mamografi harus dibarengi informasi tepat. ”Ada pasien yang datang kepada saya menyatakan anaknya yang baru kelas satu SMA sudah dimamografi,” katanya.

Di Amerika Serikat, alat mamografi bisa dikatakan 95 persen akurat pada perempuan berusia 65 tahun ke atas. Pada wanita kurang dari 40 tahun hanya 50 persen akurat. Itu karena payudara mereka lebih besar. Adapun payudara perempuan Asia, termasuk Indonesia, kecil dan padat, lebih sulit dideteksi dengan alat tersebut.

Akurasi deteksi mamograf sering kali diragukan oleh dokter. Karena itu, biasanya harus disertai pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG). Berdasarkan survei sebuah lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap kanker payudara dan pasien dengan kanker payudara di Eropa, Donna, dari 3.000 perempuan yang dimamografi, ternyata 2.800 diminta menjalani USG payudara untuk konfirmasi. Sebab, informasi dari mamografi tidak jelas. ”Nah, itu kan sama saja boros, buang-buang biaya,” ujar Monty, magister kesehatan Universitas Padjadjaran, Bandung.

Mamografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-X atau radiasi ion dengan dosis berkisar 0,7 mSv untuk menghasilkan gambar. Radiolog menganalisis potret untuk menemukan pertumbuhan abnormal, seperti tumor dan kista. Namun banyak komunitas medis meragukan deteksi mamografi karena tingkat kesalahan masih tinggi dan radiasi dapat menimbulkan bahaya. Salah satunya John Gofman, dokter dan ahli fisika nuklir. Dalam bukunya, Radiation from Medical Procedures in the Pathogenesis of Cancer and Ischemic Heart Disease, ia menjelaskan, lebih dari 50 persen angka kematian akibat kanker dipicu oleh penggunaan sinar-X.

Mamografi dilakukan dengan dua kali penyinaran untuk masing-masing payudara, sekali dari depan (frontal position) dan dari samping (oblique position). Payudara ditempatkan di atas penjepit lembar film dari plastik atau metal dan ditekan sedatar mungkin untuk menghasilkan gambar yang jelas dari seluruh jaringan payudara. Adapun yang dari samping, penjepit film dinaikkan sehingga sisinya sama dengan posisi luar payudara, sedangkan sudutnya menyentuh ketiak.

Setiap mamografi, terjadi empat kali penyinaran yang berlangsung 15-30 menit. Setelah mamografi, menurut dokter Monty, tujuh dari 10 pasien mengeluh sakit, nyeri, dan tidak nyaman.

Dari pengambilan empat gambar film di tiap payudara, seseorang menyerap 1 rad—dosis serap radiasi. Sinar-X dan radiasi ionisasi sekelas lainnya dalam beberapa dekade telah terbukti dapat menyebabkan segala jenis mutasi biologis. Meski pada awalnya tidak mematikan, mutasi tersebut bisa terakumulasi akibat paparan sinar-X atau radiasi ionisasi lainnya.

Sinar-X juga diketahui menyebabkan ketidakstabilan genomic, yang merupakan salah satu karakteristik kanker paling agresif. Mamografi, menurut Gofman, malah mengakibatkan risiko kumulatif kanker payudara, terutama bagi wanita premenopause.

Menurut dokter Monty, alih-alih ingin mendeteksi dini kanker payudara, malah berbahaya dan menghabiskan biaya. Beberapa negara memang menyarankan mamografi rutin, setahun sampai lima tahun sekali bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosis kanker payudara sedini mungkin. ”Kita tak perlu ikut-ikutan,” ujarnya. Sebab, yang diuntungkan adalah produsen mesin mamografi, sedangkan manfaatnya tak terlalu banyak.

Lalu bagaimana deteksi dini yang aman? Menurut dokter Monty, yang terpenting memperkuat pos pelayanan terpadu dan dokter di pusat kesehatan masyarakat. Masyarakat diajari memeriksa payudaranya sendiri (sadari). Pemeriksaan payudara secara rutin bisa dilakukan sebulan sekali beberapa hari setelah menstruasi, ketika payudara ada kemungkinan sudah tidak terasa keras, membesar, dan sakit. Untuk wanita yang sudah menopause, pilih hari yang mudah diingat, setiap bulan. ”Sadari dan USG saja sudah cukup, kok,” katanya. ”Jika merasa ada kelainan, segera ke dokter, jangan langsung mamografi.”

Ahmad Taufik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus