Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Titik Balik Sang Raja

22 Maret 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MELAMBAI-LAMBAIKAN bendera Merah-Putih di atas panggung final The Biggest Loser Asia, Selasa dua pekan lalu, David Gurnani tak bisa menyembunyikan harunya. Air mata bercucuran, sulit berkata-kata. ”Dada mau pecah, rasanya bangga sekali,” kata David. Dia juara The Biggest Loser Asia, kompetisi penurunan berat badan produksi Hallmark Channel itu. Diboyongnya gelar dan hadiah uang US$ 100 ribu (sekitar Rp 924 juta) dan satu unit mobil Renault Koleos SUV senilai US$ 70 ribu (sekitar Rp 646 juta).

Itu jadi kado ulang tahun pria kelahiran Jakarta, 5 Maret 1984, ini. Tak disangka, sekadar ikut-ikutan kompetisi, berbuah kado luar biasa. Dia memang belum pernah dan tidak berniat ikut program penurunan berat badan, apalagi kompetisinya. ”Saya hobi makan dan gila-gilaan,” katanya. September lalu, saudara perempuannya mendaftarkan David ikut audisi di Jakarta, ternyata lulus. Akhir bulan, dia berangkat ke Malaysia.

David sudah tambun sejak kecil. ”Kami keluarga besar dan doyan makan,” katanya. Saat dewasa, David punya kebiasaan makan tidak teratur dengan porsi besar. Sarapan tak pernah, tapi siangnya ”mengamuk” dengan makanan berkadar lemak tinggi, seperti nasi padang, burger, dan pizza. Masih kurang, camilannya mi instan atau gorengan dan sedikitnya enam roti cokelat-keju. Malamnya, soto ayam atau sate ayam, mi pangsit, dan nasi putih. ”Bisa tiga piring,” katanya. Tengah malam, jika merasa lapar, layanan antar restoran cepat saji jadi langganan.

Tak mengherankan, David bak raksasa. Tinggi 180 sentimeter, beratnya 157 kilogram. Badannya masih mungkin bengkak lagi mengingat pola makan yang gila. Karena itu, di awal kompetisi dia begitu tersiksa. ”Dua sampai tiga minggu berat sekali,” kata David. Dia sangat merindukan makanan favoritnya, nasi padang, yang biasa dilahap empat piring. Namun hidupnya berbalik total. Sehari hanya makan tiga kali, untuk penunjang kebutuhan 1.500 kalori setiap hari. David juga tak lagi bisa bermalas-malasan. Sejak bangun pagi pukul 05.00, aktivitas fisik harus dijalani, total sepuluh jam setiap hari.

Dalam perkembangan, David terpicu dan terpacu. Pekan pertama, dia berada di urutan kedua penurunan terbesar seberat 13 kilogram. Pekan-pekan selanjutnya dia memimpin, sampai mendapat julukan King David. Hingga pekan ke-12, dia berhasil menurunkan 51 kilogram. Masuk empat besar, total turun beratnya 55 kilogram. Setelah dua setengah bulan itu, para finalis, termasuk David, melanjutkan sendiri program di rumah masing-masing dengan kurun waktu sama. Dari program sendiri ini, David menurunkan 33 kilogram lagi.

Kini, David berubah total. Tak ada lagi kegemukan, tak ada makan gila-gilaan. Nasi padang yang jadi favoritnya, ”Kalau kepingin, ya porsi kecil saja,” katanya. Dia juga rutin menjalani latihan fisik untuk menjaga berat badan sekaligus mengencangkan otot. Juga cek kesehatan untuk memantau risiko yang mungkin timbul. ”Setelah 26 tahun hidup, saya merasa sangat sehat sekarang.” Sebagai pemenang kompetisi, David sekaligus menjadi Duta Gerakan Anti-obesitas di Asia. ”Sekarang belum ada programnya,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus