Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Telur bebek rebus atau yang kita kenal sebagai telur asin mungkin dalam kesehariannya sudah biasa dimakan oleh warga Indonesia. Tetapi di Filipina, warganya terbiasa memakan telur bebek dengan embrio yang setengah jadi disebut Balut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Culture Trip, biasanya Balut disajikan dengan embrionya yang telah berkembang dua hingga tiga minggu lamanya. Semakin tua usia embrio, maka dagingnya akan terasa lebih keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cara memakannya adalah telur dibolongkan sedikit lalu tabur garam ke dalam lubang tersebut. Setelah garamnya larut, Balut siap dihirup secara bersamaan. Kemudian, kupas kulit telur untuk memakan bagian daging Balut.
Bicara soal tekstur, sebagian orang merasa bahwa Balut memiliki daging yang sangat empuk sehingga bisa larut di mulut. Tetapi akan jadi lain cerita apabila Balut yang dimakan adalah embrio bebek yang telah berusia hampir tiga minggu. Akan ada sebagian yang terasa keras akibat paruh dan tulangnya yang sudah hampir jadi.
Dari keseluruhan, bagian terbaik dari Balut ada pada kuning telurnya. Rasanya mirip seperti telur ayam pada umumnya, tapi kuning telur Balut memiliki cita rasa yang sangat lembut dan lebih creamy.
Bagi wisatawan yang ingin mencoba kuliner ekstrem itu, Balut bisa dibeli di pasar basah, trotoar maupun di taman dengan harga Rp 4 ribu. Ada pula penjual yang menjajakannya sembari berkeliling dengan berteriak “Baluut!”
LAURENSIA FAYOLA l CULTURE TRIP