Sosok virus amat mengagumkan. Jutaan jasadnya yang tak kasatmata menggantung diam tanpa denyut kehidupan. Tapi, begitu menggaet tumpangan makhluk hidup (host), koloni virus bergegas ganas menjajah tuan rumah. Di Madagaskar, misalnya, virus influenza butuh paling lama dua pekan untuk merenggut ratusan jiwa.
Secara umum virus influenza terbagi dalam tiga tipe, yakni A, B, dan C. Dua tipe terakhir, B dan C, relatif tidak kelewat ganas. Golongan A diketahui paling giat bermutasi, mengganas, dan punya riwayat memicu wabah mematikan.
Flu Spanyol, 1918-1919, misalnya, dipicu virus influenza tipe A(H1N1) dan mencabut nyawa sedikitnya 21 juta korban. Kemudian, 1968, virus A(H3N2) beraksi menewaskan 34 ribu orang di Hong Kong dan Amerika.
Kini vaksin dan obat antivirus sudah berkembang sehingga tingkat kematian bisa ditekan. Namun Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika masih mencatat sekitar 500 ribu kematian per tahun lantaran influenza yang diikuti infeksi akut. Kematian terutama menimpa balita dan orang lanjut usia di negara terbelakang.
Indonesia pun tak luput dihuni virus influenza. Dua tahun silam, Departemen Kesehatan RI bersama NAMRU-2, laboratorium milik Angkatan Laut AS, menggelar survei untuk memotret peredaran virus. Hasilnya, di negeri kita ini virus yang ada adalah tipe H3N2 dan H1N1. Tipe yang diketahui tidak kelewat ganas bila daya tahan tubuh inang cukup bagus.
Tentu saja kerepotan bakal muncul bila daya tahan tubuh tidak bagus. Karena itu, CDC menganjurkan tindak pencegahan yang murah dan sederhana: seringlah mencuci tangan dengan sabun. Cara ini ampuh membunuh kawanan virus sebelum memasuki tubuh kita.
Ada baiknya juga, tulis CDC dalam kios internetnya, Anda memahami cara kerja virus membuat tubuh kelimpungan. Supaya kita terdorong lebih giat mengibarkan bendera pencegahan.
Mardiyah Chamim
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini