Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sleepwalking atau tidur berjalan biasanya dialami anak-anak. Mengutip Sleep Foundation, kecenderungan 29 persen anak-anak mengalami tidur berjalan saat berusia 2 tahun hingga 13 tahun. Sleepwalking terjadi selama tidur ringan atau non-rapid eye movement. Saat terbangun setelah tidur berjalan, seseorang yang sleepwalking akan kebingungan atau tak mengingat hal yang baru saja dilakukan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahli pediatri Kallen Gill menjelaskan, gejala sleepwalking selain berjalan juga termasuk duduk di kasur saat tertidur. Ketika seseorang tidur sambil berjalan, tak akan merespons saat diajak bicara. Bahkan, ketika tidur berjalan juga buang air kecil di sembarang tempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbagai faktor mempengaruhi kemungkinan anak-anak mengalami sleepwalking:
- Genetika
Sekitar 47 persen anak yang tidur berjalan, orang tuanya memiliki riwayatnya sleepwalking.
- Kurang tidur
Kurang tidur berhubungan dengan risiko sleepwalking.
- Demam
Anak-anak yang demam cenderung berisiko mengalami tidur berjalan. Hal itu disebabkan oleh gejala penyakit yang terjadi saat malam.
- Sleep apnea pediatri
Gangguan tidur anak-anak, karena gangguan pernapasan terjadi beberapa kali saat malam. Menurut American Sleep Apnea Association, biasanya anak-anak yang mengalami sleep apnea berusia antara 2 tahun hingga 8 tahun.
- Sindrom kaki gelisah
Sindrom kaki gelisah ini akan mempengaruhi suasana hati dan konsentrasi. Keadaan itu akan mengganggu kinerja maupun hubungan sosial. Semua orang segala usia bisa mengalami sindrom kaki gelisah.
BALQIS PRIMASARI