Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Bulan kasih sayang tahun ini, yaitu Februari, dirayakan TikTok dengan mengangkat kisah tiga kreator inspiratif yang menjadikan self-love atau mencintai diri sendiri sebagai bagian dari perjalanan mereka. Rahmi Syofia, Fildzah Shabrina Firdaus, dan Nabila Yoestino berbagi pengalaman dalam diskusi daring pada Selasa, 18 Februari 2025. Mereka datang dari latar belakang berbeda—solo traveler, pengusaha kuliner, dan pastry chef—namun sama-sama menemukan makna mencintai diri sendiri melalui passion yang mereka jalani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan Editor: Khaby Lame Dinobatkan sebagai Duta UNICEF: Mengenal Bintang TikTok Ini
Perjalanan Kreator Mencari Jati Diri
Rahmi Syofia, atau Mimi, memulai perjalanannya sebagai solo traveler setelah merasa stagnan di Jakarta. Ia meninggalkan pekerjaannya dan memilih hidup berkeliling Indonesia dengan campervan. Lewat akun TikTok @campervangirl01, ia membagikan pengalaman eksplorasi Nusantara sekaligus refleksi diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau aku ngelihat self-love itu lebih ke menerima diri sendiri,” ujar Mimi. “Aku waktu itu ngerasa stuck, capek. Aku ambil break, lalu melakukan perjalanan. Dari situ aku menemukan diriku sendiri, lebih menghargai dan memperlakukan diri dengan baik,” ungkapnya menambahkan.
Perjalanannya bukan sekadar eksplorasi alam, tapi juga menemukan jati diri. Ia belajar mensyukuri apa yang dimiliki, bukan membandingkan diri dengan orang lain. Mimi juga berperan aktif dalam mendukung masyarakat lokal di setiap tempat yang ia kunjungi. Konsistensinya dalam membawa dampak positif dan berbagi pengalaman menjadikannya salah satu nominasi Lifestyle Creator of The Year di TikTok Awards Indonesia 2024.
Keluar dari Zona Nyaman
Fildzah Shabrina Firdaus mengembangkan Dizzy Miss Fudgy, bisnis kuliner yang lahir dari keberanian keluar dari zona nyaman. Awalnya lulusan desain komunikasi visual ini bekerja di industri kreatif, tapi akhirnya menemukan passion di dunia F&B. “Self-love itu sesimpel tahu apa yang kita butuhkan, bukan sekadar yang kita mau,” ujarnya.
Bagi Fildzah, mencintai diri berarti terus bertumbuh dan menantang diri sendiri. “Aku merasa butuh berkembang, jadi aku terjun ke bisnis ini. Ternyata keluar dari zona nyaman membuatku lebih respect sama diri sendiri,” kata dia menambahkan. Melalui akun TikTok @finafildzahs8, ia membagikan kisahnya membangun bisnis dari nol secara mandiri, meski tidak memiliki latar belakang di bidang bisnis maupun kuliner.
Lewat video-video yang merekam kesehariannya di dapur produksi, ia tidak hanya berhasil meningkatkan penjualan usahanya, tapi juga menginspirasi komunitas TikTok untuk berani keluar dari zona nyaman dan mengejar passion mereka. Kini, bisnis yang ia rintis, Dizzy Miss Fudgy, telah berkembang pesat dengan jangkauan pelanggan di seluruh Indonesia, serta memiliki toko fisik dan dapur produksi yang lebih besar.
Passion sebagai Bentuk Mencintai diri Sendiri
Nabila Yoestino, pastry chef di salah satu grup restoran ternama, juga merasakan hubungan erat antara passion dan mencintai diri sendiri. Melalui akun TikTok @nabilaystno, ia berbagi kecintaannya pada dunia pastry, yang membawanya meraih penghargaan Pastry Chef of the Year di Jakarta Dessert Week 2024. “Self-love itu mengenal diri sendiri dan tahu apa yang bikin kita happy,” ujar Nabila.
Ia menilai, mencintai diri bukan sekadar menerima keadaan, tetapi juga mencari dan melakukan hal yang benar-benar dicintai. Menurut Nabila, passion haruslah sesuatu yang benar-benar membangkitkan semangat dan dikerjakan dengan penuh dedikasi setiap hari tanpa keinginan untuk menyerah, meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan. “Walaupun dengan challenge-nya yang ada. Nah itu perlunya antara self-love dan love what you do,” ungkapnya.
Fildzah menambahkan, passion bukan sekadar sesuatu yang disukai, tapi yang benar-benar bisa membuat seseorang berkembang. “Dulu aku suka melukis, tapi malah jadi nggak mencintai diri sendiri karena terlalu perfeksionis. Passion itu harus sesuatu yang bikin kita nyaman dan terus semangat,” ujarnya.
Mimi pun merasakan hal yang sama. “Dulu aku nggak tahu passion-ku apa, tapi dengan melakukan perjalanan, aku jadi menemukan jati diri. Aku yang dulu nggak pede, sekarang berani bertemu orang dan bicara di depan publik,” kata dia. Kisah mereka menunjukkan bahwa mencintai diri bukan sekadar menerima keadaan, tapi juga berani mengejar hal yang benar-benar berarti dalam hidup.
Pilihan Editor: Mengapa Drama Cina Digemari Penonton Indonesia