Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Menikmati Malam Bersama Michael

26 Juli 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Anak indigo, dengan segala keistimewaannya, selalu menarik perhatian. Mereka begitu cerdas hingga sering membuat orang-orang di sekitarnya terkaget-kaget heran. Kemampuan mereka menyerap segala informasi teramat mengagumkan. Mereka pun dikaruniai kepekaan spiritual yang lebih. Merekalah pelintas batas ruang dan waktu.
Berikut ini beberapa kisah dan pengalaman anak indigo.

Annisa Rania Putri, 4,5 Tahun

Bakat bertumpuk-tumpuk ada pada putri semata wayang Laksmi M. Handoyo ini. Dalam olah suara, misalnya, si nona kecil cukup punya catatan unjuk gigi. Penggemar Josh Groban ini kerap diundang menyanyi di acara-acara pentas Purwacaraka Band.

Arsitektur? Annisa kecil punya minat serius di bidang ini. Bahkan, saat ini dia sedang sibuk merancang rumah berlantai tiga di Kelapa Gading, Jakarta. Hunian yang ia rencanakan bergaya Amerika, seperti yang ada di film-film. Tak jelas mengapa pilihan jatuh pada model ini. Annisa hanya berkomentar: ?This is my home and I will do my best for it.?

Memang, Annisa tidak sendirian. Ada seorang arsitek profesional yang disewa Laksmi untuk bertandem dengan Annisa. Layaknya mitra sejajar, Annisa tak segan-segan meminta sang arsitek membongkar satu bagian yang tidak sesuai dengan gagasannya. Misalnya, dia pernah memprotes gara-gara si arsitek memilih bak mandi dan lemari dapur yang bermotif boneka. ?I?m not a kid, you know?? katanya.

Tak lupa, Annisa menentukan setiap detail jenis bahan bangunan yang hendak digunakan. Dengan diantar sang ibu, Annisa mendatangi toko bangunan langganannya dan berlagak seperti orang dewasa yang khatam soal bangunan dari A sampai Z. Bahan plafon, kusen, jendela, daun pintu, lantai, dan dinding semua dia yang pilih. ?Padahal saya tidak pernah mengenalkan nama-nama benda itu,? kata sang ibu.

Hari-hari ini, Annisa sedang gemar corat-coret tulisan Arab gundul. Laksmi tak paham betul apa yang ditulis anaknya. ?Psikiater sedang menganalisis coretan-coretan dia,? kata Laksmi. Puas corat-coret, biasanya Annisa berlompatan di atas tempat tidur kamarnya sambil melempar-lemparkan mainan ke segala penjuru. Begitulah, si upik tetaplah seorang anak.

Vincent Christian Liong, 19 Tahun

Saat kelas dua sekolah dasar, Vincent menulis artikel tentang strategi sebuah organisasi demi memenangi peperangan. Waktu itu Vincent mengaku terilhami buku The Art of War karya Sun Tzu. Tapi, katanya, ?Arah tulisan saya belum begitu jelas.?

Menulis bagi cowok ini adalah kegiatan paling menyenangkan. Tahun lalu, ulasannya tentang roman Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer menyabet hadiah dalam Lomba Analisis Karya Sastra Tingkat SMU di Sekolah Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang.

Vincent adalah warga jagat virtual. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer di kamarnya. Internet di rumahnya bisa berstatus ?on? selama 24 jam nonstop. Sembari berselancar di dunia maya, dia pun rajin mengirim hasil renungannya ke 200 milis Internet. Kegemaran ini membuat Vincent dijuluki tukang spam di dunia maya.

Indra keenam Vincent juga teramat peka. Dia bisa mengendus kejadian yang akan datang. Umpamanya, suatu saat ayahnya mengikuti salah satu bisnis pemasaran berantai. Menanggapi langkah sang ayah, Vincent hanya berkomentar singkat: ?Perusahaan ini bisa gulung tikar.? Benar saja. Perusahaan ini akhirnya ambruk dan meninggalkan segunung urusan.

Rio (Bukan Nama Sebenarnya), 7 Tahun

Setiap pukul sebelas malam, Rio berkemas. Bocah berambut ikal ini mencuci tangan dan kaki, berganti baju, dan membuka lipatan selimut di ranjang di kamarnya. Tapi dia bukan hendak langsung merebahkan badan. Rio duduk bersila sambil menatap langit dari lubang kusen jendela. Tidak jarang ia turun dari ranjang dan berdiri di balik jendela.

Rio tidak sendirian. Ada teman istimewa yang menemaninya. ?Ada orang putih pakai sayap dan terbang,? kata Rita, sang ibu, menirukan ucapan Rio. Sosok putih bernama Michael inilah yang membuat Rio betah menikmati malam, bahkan sampai pagi menjelang. Akibatnya, bocah kelas satu SD ini jadi sering terlambat masuk sekolah.

Kebiasaan Rio makin menjadi ketika langit terang oleh sinar bulan, apalagi jika bulan sedang purnama. Mungkin, pada saat itu, Michael dan kawan-kawan juga sedang bersenda menikmati rembulan.

Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus