Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kalau kamu jalan -jalan ke lantai dasar Lotte Mart Fatmawati, Jakarta Selatan, kamu akan mendapati salah satu tempat makan yang unik. Namanya Restoran Mi Ayam Marta. Bukan soal cita rasa atau suasana restoran, melainkan urusan bayar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik Mi Ayam Marta, Restu Zulfikar tidak mematok harga untuk setiap porsi hidangan yang dia jual. Berbeda dari bisnis kuliner kebanyakan, Restu Zulfikar mengajak penyantap mi ayamnya untuk beramal. "Bayar seikhlasnya. Silakan langsung masukkan ke kotak amal. Tidak ada kasir," demikian tertulis di pengumuman restoran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Restu Zulfikar mengatakan baru lima hari aksi sosial makan mi ayam bayar seikhlasnya diunggah di media sosial. "Langsung viral," kata lelaki 26 tahun ini. Gagasan mi ayam bayar seikhlasnya ini, menurut Restu Zulfikar, berawal saat pandemi Covid-19. Ada seorang pembeli yang datang namun hanya mampu membayar seadanya uang di kantornya. Sejak itu, Restu membolehkan pengunjung makan dan bayar seikhlasnya.
Restu Zulfikar melanjutkan, setelah itu pengunjung yang sebagian besar pengemudi ojek daring, mereka yang baru di-PHK, dan masyarakat ekonomi lemah datang ke restorannya. "Terkadang mereka minta dibungkus untuk dibawa pulang supaya bisa dimakan bersama anak dan istrinya," kata Restu.
Mi Ayam Marta memiliki porsi yang cukup banyak. Mi ayam disajikan terpisah dari kuah kaldu yang bertabur daun bawang. Lengkap dengan keripik pangsit yang renyah. Mi ayam ini nikmat disantap selagi panas.
Pemilik usaha kuliner Mi Ayam Marta bayar seikhlasnya, Restu Zulfikar bersama ibunda, Marta. Foto: Antaranews
Adapun uang yang terkumpul di kotak amal Mi Ayam Marta, menurut Restu Zulfikar, akan disumbangkan untuk pembedayaan ibu-ibu kepala keluarga. Restu tidak berasal dari keluarga berada. Dia belajar dari kesulitan yang dihadapi saat kecil dan berusaha agar dapat bermanfaat untuk orang lain.
"Karena saya anak tunggal dari orang tua tunggal," kata Restu Zulfikar. Nama Marta pada mi ayam diambil dari nama ibunya yang kini berusia 55 tahun. Di masa susah, Restu pernah membeli sepotong ayam untuk dimakan selama dua hari. Dia juga membantu ibunya berjualan di kawasan Blok M sekitar tahun 2016-2017.
Soal berbisnis, apakah Restu tidak memikirkan keuntungan? "Saya ingin menjadi kapitalis yang bermartabat," kata dia.
Selain bisnis kuliner Mi Ayam Marta, Restu Zulfikar punya Restoran Korea Nami Grill dan Gudeg Marta. Dia juga menjadi distributor daging dan gula merah.
Jika ingin makan Mi Ayam Marta sekaligus beramal, Anda dapat berkunjung ke Lotte Mart Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan. Letaknya tak jauh dari Stasiun MRT Cipete.