DENGAN didahului puji-pujian kepada ketua Mao, bagaikan orang
Islam mengucap syukur kepada Tuhan, Dr. Wu Kuan Hui dkk
mengemukakan dalam majalah Chinese Medical Journal bulan
Nopember yang lalu tentang keberhasilan mereka melakukan operasi
lambung gaya Cina. Dr. Wu Kuan-hui adalah dokter bedah pada
Rumah Sakit Kuang Hua di Shanghai.
Ia dan teman-temannya melaporkan bahwa antara tahun 1971 sampai
1973 sebanyak 250 orang penderita kanker dan luka lambung telah
berhasil mereka operasi. Tanpa harus berpuasa sehari sebelum
operasi, tanpa dekompresi lambung, dan tanpa harus diinfus
sesudah dioperasi. Mereka boleh makan dalam waktu 24 jam sesudah
operasi.
Wu Kuan-hui berpendapat bahwa bila gerakan usus dan lambung
sudah pulih, pemberian makanan lewat mulut adalah lebih baik
daripada lewat infus. Selain itu juga meningkatkan kepercayaan
pasien akan dirinya sendiri, bahwa keadaannya sudah baik. Dan
ini selanjutnya akan mempercepat penyembuhan. Segera sesudah
operasi, gerakan usus memang terhenti sama sekali. Tetapi dalam
waktu 1 - 2 jam sudah akan pulih kembali. Dan karena sisa
lambung yang dioperasi dapat dilewati cairan tanpa
mengganggunya, maka pemberian makanan cair lewat mulut sudah
dapat segera dimulai.
Menurut Wu. keberhasilannya itu adalah juga berkat penggunaan
jamu-jamu tradisionil Cina. Sewaktu penyambungan sisa lambung
dengan usus dikerjakan, kepada penderita diberikan larutan
fufang ch'engch'i t'ang melalui kateter (alat penghantar) ke
dalam ususnya. Kemudian sehari sesudah operasi, diberikan
fucheng lich'i t'ang atau shenche p'eich'i t'ang Pada beberapa
kasus dilakukan pula tusuk jarum untuk merangsang gerakan usus,
pada titik-titik tsusanli, sanyinchiao, hoku dan neikuan.
Makanan yang diberikan sesudah operasi adalah campuran larutan
yang mengandung kuah sayuran, daging, beras, telur rebus, dan
tepung akar teratai, tanpa lemak. Semuanya dalam bentuk cairan.
Untuk mengurangi rasa mual diberikan jamu tradisionil yang
berupa Rhizoma pinelliae dan Radix dioscoreas. Pemberian makanan
cair hanya selama 2 hari, selanjutnya diberikan makanan lunak.
Fucheng lich'i t'ang oleh Wu dianggap merangsang penyaluran gas
dari saluran pencernaan keluar, sedangkan shenche p'eich'i t'ang
merangsang gerakan dan bersifat menekan rasa mual. Dari 250
orang yang dioperasinya itu katanya hanya 17 yang gagal. Yaitu
karena terpaksa memerlukan pemberian infus secara barat sesudah
operasi selesai.
Dan pada akhir laporan, Wu tidak lupa untuk mengajak pembaca
meningkatkan kritik terhadap Lin Piao dan Konghucu. Tanpa harus
mengutuk kiri-kanan, barangkali ada dokter Indonesia yang ingin
mencoba jamu-jamu tradisionil untuk digabungkan dengar cara
Barat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini