Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Operasi Ala Tiongkok

Dr. Wu kuan Hui, dokter bedah di RS Kuang Hua, Shanghai berhasil melakukan operasi lambung gaya Cina. Dikerjakan tanpa harus puasa, tanpa dekompresi lambung & tanpa infus, memakai jamu tradisionil. (ksh)

19 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN didahului puji-pujian kepada ketua Mao, bagaikan orang Islam mengucap syukur kepada Tuhan, Dr. Wu Kuan Hui dkk mengemukakan dalam majalah Chinese Medical Journal bulan Nopember yang lalu tentang keberhasilan mereka melakukan operasi lambung gaya Cina. Dr. Wu Kuan-hui adalah dokter bedah pada Rumah Sakit Kuang Hua di Shanghai. Ia dan teman-temannya melaporkan bahwa antara tahun 1971 sampai 1973 sebanyak 250 orang penderita kanker dan luka lambung telah berhasil mereka operasi. Tanpa harus berpuasa sehari sebelum operasi, tanpa dekompresi lambung, dan tanpa harus diinfus sesudah dioperasi. Mereka boleh makan dalam waktu 24 jam sesudah operasi. Wu Kuan-hui berpendapat bahwa bila gerakan usus dan lambung sudah pulih, pemberian makanan lewat mulut adalah lebih baik daripada lewat infus. Selain itu juga meningkatkan kepercayaan pasien akan dirinya sendiri, bahwa keadaannya sudah baik. Dan ini selanjutnya akan mempercepat penyembuhan. Segera sesudah operasi, gerakan usus memang terhenti sama sekali. Tetapi dalam waktu 1 - 2 jam sudah akan pulih kembali. Dan karena sisa lambung yang dioperasi dapat dilewati cairan tanpa mengganggunya, maka pemberian makanan cair lewat mulut sudah dapat segera dimulai. Menurut Wu. keberhasilannya itu adalah juga berkat penggunaan jamu-jamu tradisionil Cina. Sewaktu penyambungan sisa lambung dengan usus dikerjakan, kepada penderita diberikan larutan fufang ch'engch'i t'ang melalui kateter (alat penghantar) ke dalam ususnya. Kemudian sehari sesudah operasi, diberikan fucheng lich'i t'ang atau shenche p'eich'i t'ang Pada beberapa kasus dilakukan pula tusuk jarum untuk merangsang gerakan usus, pada titik-titik tsusanli, sanyinchiao, hoku dan neikuan. Makanan yang diberikan sesudah operasi adalah campuran larutan yang mengandung kuah sayuran, daging, beras, telur rebus, dan tepung akar teratai, tanpa lemak. Semuanya dalam bentuk cairan. Untuk mengurangi rasa mual diberikan jamu tradisionil yang berupa Rhizoma pinelliae dan Radix dioscoreas. Pemberian makanan cair hanya selama 2 hari, selanjutnya diberikan makanan lunak. Fucheng lich'i t'ang oleh Wu dianggap merangsang penyaluran gas dari saluran pencernaan keluar, sedangkan shenche p'eich'i t'ang merangsang gerakan dan bersifat menekan rasa mual. Dari 250 orang yang dioperasinya itu katanya hanya 17 yang gagal. Yaitu karena terpaksa memerlukan pemberian infus secara barat sesudah operasi selesai. Dan pada akhir laporan, Wu tidak lupa untuk mengajak pembaca meningkatkan kritik terhadap Lin Piao dan Konghucu. Tanpa harus mengutuk kiri-kanan, barangkali ada dokter Indonesia yang ingin mencoba jamu-jamu tradisionil untuk digabungkan dengar cara Barat?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus