Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Operasi kecil risiko fatal

Merasa kehilangan keperkasaannya, seorang peserta vasektomi bunuh diri di asahan. istri almarhum membawa masalah itu ke pengadilan.

15 Januari 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

VASEKTOMI ternyata bukanlah jalan pintas menuju keluarga bahagia dan sejahtera. Dalam kasus Sunyoto, 41 tahun, vasektomi berubah menjadi jalan pintas ke alam baka. Pemetik buah kelapa di Kampung Kapias, Kecamatan Tanjungbalai, Asahan, ini nekat menggantung diri hingga tewas, setelah tak lagi mampu menggauli istrinya. Sunyoto menyadari bahwa ia kehilangan keperkasaannya, sejak divasektomi, Desember 1992. Tinggallah istrinya, Ngatmi, 38 tahun, yang harus menghidupi delapan anak yang masih kecil-kecil. Sumber nafkah yang diperolehnya dari pekerjaan sebagai penjaja jamu gendong tidaklah memadai untuk menghidupi keluarga itu dari hari ke hari. Maka, dengan bantuan LBH Kisaran, Ngatmi pun menyurati BKKBN Asahan pada 7 Januari lalu -- untuk kedua kalinya. Surat itu pada intinya mempermasalahkan Dokter Bambang Wahyudi, petugas dari BKKBN Asahan, yang dianggap sebagai penyebab malapetaka yang menimpa keluarga Sunyoto. Kepala Pos LBH Kisaran, Zanis Sulung, pun menyebutkan bahwa ia akan membawa kasus ini ke meja hijau. Semula Ngatmi tak setuju bila suaminya divasektomi. Tapi, karena terus dibujuk petugas BKKBN, Sunyoto tergoda. Kepadanya dijanjikan bahwa keperkasaannya tak akan terganggu. Ternyata, seusai Sunyoto divasektomi pada 31 Desember 1992, kepalanya pusing, mendenyut, dan meriang. Lehernya kejang, matanya berkunang-kunang. Selama sepekan ia mengerang-erang menahan sakit. Ketika akhirnya Sunyoto sembuh, muncul bencana lain. Setiap kali ia ingin "menghampiri" istrinya, alat kelaminnya tak mau ereksi. Bahkan, sekujur tubuhnya menggigil, giginya gemeletuk, dan jari-jarinya mencengkeram bagai orang kesurupan. Tak kuat menderita, ia pun melaporkan soal itu kepada Bambang. Dokter ini lalu memberi resep, yang ternyata tak menolong. Sunyoto malah mengalami perdarahan sehingga harus dirawat di RSU Kisaran selama 23 hari. Sejak itu, keadaan Sunyoto makin parah. Alat vitalnya mengecil. Ketahanan jiwanya pun kian rapuh, hingga ia menggantung diri di sebuah pohon di belakang rumahnya, 4 September 1993. Kepala BKKBN Asahan, Mukhtaruddin Zamzam, menilai kasus Sunyoto "cuma faktor psikologis". Kondisi hidupnya yang miskin dengan tanggungan delapan anak, menurut Mukhtaruddin, "membikin beban pikirannya jadi berat." Bila penilaian Mukhtaruddin benar, di situlah agaknya kunci kemelut Sunyoto. Sebab, menurut buku Pengayoman Medis Keluarga Berencana -- diterbitkan BKKBN tahun 1989 -- jika pria punya problem psikologis, vasektomi bisa menjadikan kondisinya makin parah. Bahkan, jika klien tidak stabil, harus dimintakan nasihat psikiater. Tapi petunjuk itu tak dilaksanakan. Maklumlah, vasektomi hanya operasi kecil, malah lebih ringan dari khitanan. Tujuannya memang sekadar menghalangi aliran sperma di pipa saluran sel mani pria, dengan memutus saluran tersebut sepanjang 1-2 sentimeter, lalu ujung sayatan ditutup kembali dengan ikatan. Bambang, yang dihubungi TEMPO saat ia berlibur di Yogya, kaget mendengar tuntutan Ngatmi. Katanya, keperkasaan Sunyoto hilang dua tahun setelah vasektomi dilakukannya, 31 Desember 1991 -- setahun lebih awal dari versi Ngatmi. Dan ia berpendapat, tragedi itu bukan disebabkan oleh operasi vasektomi. "Sudah 2.000-an orang saya vasektomi di Asahan, tapi tak ada masalah," katanya. Selanjutnya ia tampak enggan berkomentar. Mungkin Bambang lebih suka berbicara di pengadilan.BL, Irwan E. Siregar, dan Muklizardy Mukhtar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus