Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pandemi Covid-19, Jangan Abaikan Perhatian pada Tuberkulosis

Dokter mengatakan upaya pencegahan tuberkulosis seharusnya bisa lebih digalakkan seperti pada penanganan kasus COVID-19.

10 Maret 2021 | 20.37 WIB

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan membuat fokus masyarakat lebih banyak kepada penyakit tersebut. Padahal, banyak penyakit lain yang perlu mendapat perhatian, termasuk tuberkulosis atau TB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Spesialis paru di RSUI, dr. Diah Handayani, Sp.P(K)., mengatakan upaya pencegahan TB seharusnya bisa lebih digalakkan seperti pada penanganan kasus COVID-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Upaya ini memerlukan kerja sama dan kolaborasi dari banyak pihak, seperti kader, fasilitas layanan kesehatan, praktik sejawat, pemerintah, serta masyarakat," jelas Diah.

Menurutnya, program TB saat ini masih jauh dari target. Adanya pandemi COVID-19 sedikit menggeser program TB karena fokus dari tenaga kesehatan dan masyarakat saat ini lebih tertuju pada COVID-19.

"Upaya penanganan ini bisa kita contoh dan pelajari dari upaya penanganan COVID-19, di mana pelacakan kontak, identifikasi terapi, serta pencegahan dilakukan dengan agresif oleh banyak pihak sehingga upaya pencegahan TB juga harus radikal," katanya.

Diah menjelaskan beberapa terapi pencegahan TB meliputi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), skrining, mencari kasus aktif, Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), pencegahan serta terapi HIV dan komorbid lain, akses ke layanan kesehatan, dan dukungan sosial serta pengentasan kemiskinan. Upaya eliminasi TB ini dilakukan mulai dari pencegahan TB laten dan infeksi TB sebelum sakit.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Perkumpulan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Kota Depok, dr. Rulliana Agustin, mengatakan di masa pandemi COVID-19 ini para kader TB berperan dalam upaya memberikan pendampingan dan edukasi terbaik kepada masyarakat terhadap kewaspadaan akan TB dan pengobatannya.

Dalam menjalankan perannya beberapa tantangan yang dihadapi para kader, seperti di antaranya risiko tertular, cara memotivasi pasien, dan sebagainya. Dengan tantangan yang besar, para kader perlu terus menjaga semangat dengan meniatkan kegiatan sebagai bagian dari ibadah.

"Tentunya kerja sama dengan berbagai pihak perlu terus dijalin karena TB adalah masalah bersama yang cukup besar, salah satu yang diharapkan misalnya penyediaan APD yang terjamin bagi para kader," kata Rulli.

Ia berharap semua pihak dapat bersemangat dan berkolaborasi dalam menemukan dan mengatasi secara tuntas penyakit tuberkulosis sesuai dengan protokol kesehatan di era Pandemi COVID-19. Selain itu diharapkan pula layanan pengobatan dan laboratorium TB dapat dipertahankan berdampingan dengan layanan COVID-19.

Sedangkan dr. Cynthia Centauri, Sp.A menyatakan deteksi TB pada anak lebih sulit dibandingkan pada orang dewasa. Tidak seperti pada TB dewasa yang permasalahannya kebanyakan ada pada saluran pernapasan, pada anak yang menderita TB jarang sekali yang mengalami batuk.

“Gejala yang sering terjadi yaitu berat badan anak yang tak kunjung naik dan demam terus menerus,” katanya.

Ada empat prinsip pengobatan tuberkulosis pada anak, antara lain minum obat TB (OAT) secara teratur sampai dengan tuntas atau sembuh serta rutin untuk berobat dan kontrol ke dokter dan mencegah penularan lebih lanjut.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus