Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

6 Mei 2024 | 21.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas melakukan fogging atau pengasapan untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu 9 Maret 2024. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat mencatat sejak Januari 2024 hingga Maret 2024 jumlah kasus penyakit DBD sebanyak 7.654 kasus dengan angka kematian mencapai 71 kasus. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan pengentasan sarang nyamuk masih merupakan cara mencegah demam berdarah dengue (DBD) yang paling efektif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saat ini memang sudah ada vaksin demam berdarah yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara mandiri. Tapi ingat, walaupun sudah divaksin kita masih akan ada kemungkinan terkena demam berdarah. Jadi memang PSN dan 3M itu masih harus kita lakukan," kata Nadia di Jakarta, Senin, 6 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yang dimaksud 3M adalah menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang benda yang berisiko dijadikan nyamuk sebagai tempat berkembang biak. Selain itu, dia juga mengatakan perlunya kerja sama masyarakat dan pemerintah setempat karena tidak mungkin petugas kesehatan memastikan setiap rumah penduduk terbebas dari sarang nyamuk.

Nadia menjelaskan kasus tertinggi demam berdarah dengue ada di Kota Bandung, Kabupaten Tangerang, Kota Bogor, Kendari, dan Kabupaten Bandung Barat. Sementara itu, angka kematian tertinggi ada di Kabupaten Bandung, Kabupaten Jepara, Kota Bekasi, Subang, dan Kabupaten Kendal.

Anak rentan terserang
Dia menjelaskan DBD banyak menyerang anak usia 5-14 tahun karena sistem kekebalan tubuh yang belum terbentuk sempurna. Menurutnya, orang dewasa berisiko tertular dan terkena demam berdarah juga namun kemungkinan masuk ke fase prasyok lebih kecil karena mereka memiliki cairan tubuh yang banyak.

"Anak-anak itu jumlah cairannya lebih sedikit sehingga kalau terganggu seperti awal-awal syok itu dia akan lebih cepat sekali jatuh ke dalam yang berat," paparnya.

Dia mengatakan jika sudah lebih dari tiga hari demam tidak turun, bahkan suhu permukaan tubuh anak terasa dingin, segera bawa ke rumah sakit karena bisa jadi itu fase prasyok. "Apalagi kemudian kita menemukan tanda-tanda misalnya gusi berdarah, mimisan, atau nyeri di perut. Itu bisa saja artinya perdarahan di dalam saluran cerna," kata Nadia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus