Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puasa Ramadan memberikan tantangan tersendiri bagi penderita GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Meskipun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat berdampak positif pada gejala GERD bagi sebagian penderita.
Perbaikan Gejala GERD Selama Ramadan
Puasa Ramadan dapat membantu mengurangi gejala GERD pada banyak penderita. Sebuah studi yang dilakukan di Arab Saudi menemukan bahwa, setelah Ramadan, terdapat penurunan yang signifikan pada gejala heartburn dan regurgitasi atau kembalinya makanan dari perut ke kerongkongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Skor heartburn menurun dari 17,9 menjadi 14,3. Sedangkan skor regurgitasi berkurang dari 12,3 menjadi 9,9. Penurunan ini menunjukkan bahwa puasa dapat memberikan efek positif terhadap pengurangan gejala GERD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riset berjudul Impact of Ramadan Fasting on the Severity of Symptoms Among a Cohort of Patients With Gastroesophageal Reflux Disease menyimpulkan bahwa puasa mungkin bisa memperbaiki gejala GERD pada sebagian penderita. Meskipun demikian, pengaruh puasa terhadap GERD masih bervariasi pada setiap individu, tergantung pada faktor-faktor lain seperti pengelolaan kondisi medis dan gaya hidup.
Pengaruh Makanan dan Waktu Makan
Dalam banyak kasus, perubahan pola makan dan kebiasaan makan selama Ramadan sering mempengaruhi gejala GERD. Namun hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jenis makanan, waktu makan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi tidak berpengaruh signifikan terhadap keparahan gejala GERD selama puasa Ramadan.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Acta Medica Indonesiana mengungkapkan bahwa, meskipun ada perubahan dalam pola makan saat puasa, tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis makanan atau waktu makan dengan peningkatan atau penurunan gejala GERD.
Hal ini menyiratkan bahwa meskipun penderita GERD biasanya disarankan untuk menghindari makanan tertentu, seperti makanan pedas, berlemak, atau asam, perubahan waktu makan selama Ramadan tidak memiliki dampak besar pada gejala GERD. Sebaliknya, faktor seperti durasi puasa, ketenangan pikiran, dan pengaturan tidur mungkin lebih berperan dalam memperbaiki kondisi pencernaan.
Tingkat Kepuasan Penderita GERD Selama Ramadan
Salah satu hal yang penting dalam mengevaluasi pengaruh puasa adalah tingkat kepuasan penderita terhadap kesehatan mereka selama dan setelah Ramadan. Hasil riset menunjukkan bahwa penderita GERD melaporkan kepuasan yang lebih tinggi setelah Ramadan (17 persen) dibandingkan selama Ramadan (15,1 persen), meskipun hasil ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik.
Meskipun kepuasan terhadap kondisi kesehatan lebih tinggi setelah Ramadan, sebagian penderita masih mengalami gangguan gejala meskipun sudah berpuasa. Hal ini menandakan bahwa meskipun puasa dapat memberikan manfaat bagi sebagian penderita GERD, gejala GERD dapat tetap ada atau kembali muncul tergantung pada pengelolaan kesehatan masing-masing orang.
Penderita GERD disarankan untuk terus berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti saran medis yang tepat agar bisa berpuasa dengan aman dan tetap menjaga kesehatan pencernaan. Jika dilakukan dengan pengelolaan yang bijaksana, puasa Ramadan bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki kondisi GERD, tetapi tetap memerlukan perhatian khusus terhadap pola hidup dan pengobatan yang sesuai.
Pilihan Editor: Gejala GERD Mirip Penyakit Jantung, Cek Bedanya