Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab Penyakit Arteri Perifer yang Bisa Berujung Amputasi Kaki

Penyakit arteri perifer memang tak mengancam nyawa seperti penyakit jantung atau stroke yang harus ditangani segera tapi risikonya tak kalah berat.

10 Juli 2024 | 15.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi dokter melakukan operasi jantung. Foto: Heartology Cardiovascular Hospital

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit jantung dan stroke juga dapat mempengaruhi fungsi pembuluh darah lain yang dapat menyebabkan penyakit arteri perifer. Spesialis bedah vaskular dan endovaskular di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Ihza Fachriza, mengatakan perifer dalam bahasa kedokteran berarti ujung atau tepi yang tugasnya mengalirkan oksigen dan nutrisi ke organ lain seperti leher ke otak, ginjal, usus, dan kaki. Saraf ini berada di luar pembuluh darah utama, yaitu jantung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Perifer adalah pembuluh darah yang membawa nutrisi yang jadi suplai kehidupan organ tersebut. Kalau ada gangguan di arteri, suplai darah oksigen dan nutrisi ke organ tersebut akan terganggu. Prinsipnya sama dengan jantung atau stroke,” kata Ihza dalam diskusi daring, Rabu, 10 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit arteri perifer berupa gangguan pada pembuluh darah di leher akan menyebabkan arteri karotis yang berujung stroke. Namun sumbatan pembuluh darah seperti di usus dan ginjal sering kali tidak menyebabkan gejala sehingga tidak disadari masyarakat. Yang paling umum adalah arteri perifer yang menyerang kaki karena gejalanya kaki akan menghitam dan pegal-pegal.

Lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan arteri perifer yang menyerang kaki biasanya akan menyebabkan pegal-pegal yang terkadang hilang timbul. Hal ini justru yang harus menjadi perhatian karena artinya pasokan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi tersumbat sehingga kaki terasa nyeri dan tidak bisa berjalan jauh atau olahraga.

Faktor usia
Ihza mengatakan penyakit arteri perifer bisa karena degeneratif atau usia yang semakin tua, membuat fungsi tubuh tidak seoptimal saat muda. Jenis kelamin pria juga lebih banyak menderita arteri perifer karena gaya hidup merokok dan pola makan yang tidak sehat.

“Banyak pasien perokok lama, hipertensi, diabetes, apalagi gaya hidup enggak ada olahraganya sama sekali, komposisi makanan kita kebanyakan tinggi kolesterol, dibakar, banyak lemak, pakain santan, itu sedikit banyak sangat berpengaruh,” paparnya.

Penyakit pembuluh darah tepi atau arteri perifer memang tidak mengancam nyawa seperti penyakit jantung atau stroke yang harus ditangani dalam hitungan menit. Namun kualitas hidup penderita akan sangat berpengaruh karena fungsi organ yang tidak baik lagi, seperti kaki. 

Kebanyakan pasien jadi tidak bisa bekerja maksimal, tidak bisa berjalan dengan baik, yang menyebabkan terganggunya masalah finansial keluarga. Keluarga pasien yang merawat juga bisa terbebani dan tidak bisa bekerja karena harus menjaga dan mengurus pasien.

Ihza mengatakan selain fungsi organ yang tidak sempurna, penyakit ini juga bisa menyebabkan depresi karena penyembuhan yang lama dan beban menjalani pengobatan, terlebih jika mendapati kenyataan kakinya harus diamputasi karena sudah tidak bisa lagi berjalan. 

Karena itu, ia menyarankan pasien dengan penyakit sistemik kronis seperti kencing manis, kolesterol tinggi, diabetes melitus, dan hipertensi harus segera kontrol agar tidak terjadi masalah pembuluh darah arteri perifer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus