Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap atlet memiliki pola diet yang berbeda tergantung cabang olahraga mereka. Ada atlet yang membutuhkan asupan energi jangka panjang atau simultan, ada pula yang butuh 'ledakan' energi dalam waktu seketika dan satu kali saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman Futurity, nutrisi menjadi unsur penting bagi setiap atlet untuk mencapai performa sempurna. Ditambah dengan latihan yang cukup dan kestabilan emosi, maka tiga unsur ini akan saling menunjang saat berlomba. Strategi diet atlet untuk cabang olahraga tertentu juga berbeda-beda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam wawancara dengan Cantika.com, atlet angkat besi Windy Cantika Aisah mengatakan dilarang mengkonsumsi es krim dan makanan pedas selama satu bulan sebelum bertanding di Olimpiade Tokyo 2020. "Latihan juga diperketat, kecuali hari Sabtu bebas," kata Windy dalam wawancara eksklusif pada Senin, 26 Juli 2021.
Windy Cantika Aisah berhasil merebut medali perunggu dari cabang angkat besi kelas 49 kilogram putri, pada Sabtu, 24 Juli 2021. Dia menyumbang medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Selain es krim dan makanan pedas seperti sambal, Windy mengatakan, pelatih membebaskannya mengkonsumsi apapun asalkan sesuai porsi.
Tentu semua orang membutuhkan asupan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, garam, dan asam lemak dalam jumlah yang tepat. Pada cabang olahraga yang berbeda, ada kalanya seorang atlet harus menambah asupan karbohidrat dalam 48 jam atau dua hari sebelum bertanding.
Untuk atlet lari cepat atau sprinter 100 meter, lempar lembing, dan lompat tinggi, mereka hanya membutuhkan energi dalam jangka waktu singkat. Bagi mereka, tidak ada diet khusus yang diperlukan pada hari-hari sebelum bertanding. Yang penting, jangan makan berlebihan.
Sementara atlet lari jarak jauh, atlet balap sepeda, dan cabang olahraga yang membutuhkan ketahanan stamina dalam waktu panjang, perlu penanganan atau diet khusus sebelum bertanding. Umumnya mereka banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, misalkan roti tawar, sebagai cadangan energi.
Zat glikogen menjadi suntikan energi ekstra ketika atlet ini menggerakkan otot-otot mereka untuk memutar pedal sepeda dengan keras atau mengayunkan kaki saat berlali jarak jauh. Zat glikogen yang merupakan gula dari bahan makanan tadi tersimpan dalam otot dan hati.
Dalam cabang olahraga tertentu, para atlet yang membutukan asupan energi untuk jangka panjang juga membutuhkan makanan ringan, seperti cokelat dan minuman energi. Tabungan gula ini dapat disimpan dan memberikan energi selama berlomba.
NATHASYA ESTRELLA
Baca juga:
Kisah Atlet Jepang Tetap Semangat Meski Tak Bertanding di Olimpiade Tokyo