Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi pikun biasanya identik dengan lansia. Mereka mengalami degenerasi atau penurunan daya kerja otak untuk mengingat. Kata pikun dipakai untuk menggambarkan penurunan kemampuan untuk berpikir, berkonsentrasi, atau mengingat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah kontemporer yang digunakan dokter adalah gangguan neurokognitif dalam skala kecil atau besar. Orang juga dapat menggunakan kata kepikunan untuk menggambarkan penurunan intelektual dan kemampuan untuk secara akurat menilai situasi atau memecahkan masalah. Namun, komunitas medis tidak lagi menggunakan istilah ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dulu, dokter menggunakan kata pikun untuk menggambarkan demensia. Tetapi, penggunaan ini diubah karena faktanya demensia bukan bagian biasa dari penuaan. Demensia adalah kondisi medis yang mempengaruhi otak, yang membuat penurunan kemampuan kognitif. Kondisi tersebut antara lain:
-Penyakit Alzheimer, bentuk paling umum dari demensia.
-Demensia tubuh Lewy
-Demensia vaskular
-Demensia frontotemporal
-Demensia penyakit Parkinson
-Penyakit Huntington, suatu kondisi bawaan yang menyebabkan demensia
Beberapa orang mengalami demensia campuran atau lebih dari satu penyakit. Sebagian besar kasus demensia terjadi pada orang berusia 65 tahun atau lebih. Namun, orang yang lebih muda dapat mengalaminya juga.
Gejala-gejala demensia cenderung muncul secara perlahan dan berangsur-angsur memburuk. Setiap orang dengan demensia mengalami gejala yang berbeda, sebagian besar tanda-tandanya adalah:
-Kesulitan mengingat
-Kesulitan memperhatikan
-Kesulitan berkomunikasi dengan orang
-Tantangan yang berkaitan dengan penalaran, menilai situasi, atau memecahkan masalah
-Masalah penglihatan
Penyebab demensia
Kerusakan sel otak merupakan penyebab utama demensia. Otak memiliki miliaran sel dan komunikasi mereka mengontrol semua yang kita lakukan. Jika rusak, mereka tidak dapat berkomunikasi sebaik yang dibutuhkan. Bagian otak yang berbeda bertanggung jawab atas ingatan, penilaian, dan gerakan sehingga gejala demensia bergantung pada area otak mana yang mengalami kerusakan sel.
Meskipun orang tidak dapat mencegah pikun atau demensia yang diturunkan, sebagian besar kasus tidak bersifat herediter. Untuk membantu mencegah demensia, berikut upayanya:
-Selalu kenakan sabuk pengaman di dalam mobil dan helm saat mengendarai sepeda dan motor untuk mencegah cedera kepala.
-Jaga kesehatan jantung dengan makan makanan seimbang, tidak merokok, menghindari alkohol, dan berolahraga secara teratur.
-Jaga agar pikiran tetap aktif dan memiliki kehidupan sosial yang aktif.
-Makan makanan yang sehat dan seimbang
-Jaga berat badan yang sehat.
-Olahraga secara teratur.
-Jaga tekanan darah pada tingkat yang sehat.
Baca juga: Perlunya Deteksi Dini untuk Cegah Demensia