Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sampo Bomboloni Oranye Buatan Mahasiswa Polinema: Alami dan Sehatkan Rambut

Mahasiswa Politeknik Negeri Malang mengolah ekstrak minyak biji pepaya menjadi sampo. Bentuknya unik, ramah lingkungan, dan menyehatkan rambut.

3 Agustus 2021 | 12.47 WIB

Tordasil, merek sampo batangan berbentuk bomboloni berwarna oranye. Sampo ini hasil karya lima mahasiswa Politeknik Negeri Malang atau Polinema, Jawa Timur. Tordasil terbuat dari ekstrak minyak biji pepaya. Dok. Tim Tordasil Polinema
Perbesar
Tordasil, merek sampo batangan berbentuk bomboloni berwarna oranye. Sampo ini hasil karya lima mahasiswa Politeknik Negeri Malang atau Polinema, Jawa Timur. Tordasil terbuat dari ekstrak minyak biji pepaya. Dok. Tim Tordasil Polinema

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Malang - Rambut merupakan mahkota bagi pria dan wanita. Rambut berperan penting dalam kehidupan sosial dan jadi salah satu daya tarik manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Rambut memutih atau beruban seturut pertambahan usia. Tetapi, saat ini banyak juga remaja yang rambutnya beruban. Berbagai sebab munculnya rambut beruban di usia muda, antara lain stres, gizi buruk, faktor genetik, dan gaya hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Banyak orang berusaha menyamarkan uban dengan mengecat rambut. Masalahnya, tanpa disadari sering mewarnai rambut juga berdampak negatif bagi tubuh. Zat kimia pada cat rambut bisa berdampak buruk terutama kepada orang-orang dengan kulit kepala sensitif.

Dilatarbelakangi masalah itu, lima mahasiswa Politeknik Negeri Malang atau Polinema mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa atau PKM Kewirausahaan. Mereka meneliti pengolahan limbah biji pepaya menjadi produk sampo batangan.

Para mahasiswa Politeknik Negeri Malang itu adalah Prayoga Vicky Gusniawan dan Lailatul Restuning Putri Istiqomah alias Restu dari Program Studi D-III Teknik Kimia, Qurratu Ayunin dan Shafa Tasya dari Prodi D-IV Akuntansi Manajemen, serta Indira Niaqaulina dari Prodi D-IV Keuangan. Mereka dibimbing oleh dosen Rosita Dwi Chrisnandari.

Penelitian mereka berjudul "Shampoo Bar Based on Papaya Seed Oil sebagai Inovasi Pemanfaatan Limbah Biji Pepaya". Produk jadinya mereka namakan Tordasil, singkatan dari Transparant Shampoo Bar Bassed on Papaya. Tujuan akhir pembuatan produk sampo berbentuk bomboloni berwarna oranye ini adalah untuk menjaga kesehatan rambut.

Lima mahasiswa Politeknik Negeri Malang atau Polinema, Jawa Timur, yang membuat Tordasil, sampo batangan dari ekstrak minyak biji pepaya. Dok. Tim Tordasil Polinema

"Tordasil yang kami buat merupakan produk sampo batangan dari minyak biji pepaya," kata Restu kepada Tempo, Selasa pagi, 3 Agustus 2021. Dari berbagai literatur, menurut dia, minyak biji pepaya berkhasiat menjaga warna rambut tetap hitam berkilau, menyehatkan kulit kepala, mengurangi ketombe, dan mencegah uban.

Pembuatan Tordasil diilhami keseringan mereka menyaksikan kegiatan sebuah industri rumah tangga pembuatan selai buah pepaya di Kota Malang, Jawa Timur. Daging pepaya diolah, tetapi biji-bijinya dibuang begitu saja. Restu dan kawan-kawan kemudian membawa pulang biji-biji pepaya yang kering untuk diteliti menjadi produk perawatan rambut dan kulit kepala yang alami, ramah lingkungan, dan aman.

Tentu saja Tordasil berbeda dengan produk sejenis buatan industri pabrik berskala besar. Restu mengatakan, produk perawatan rambut seperti sampo mengandung sodium lauryl sulfate (SLS) dan sodium laureth sulfate (SLES), bahan yang umum digunakan sebagai surfaktan dalam produk perawatan kulit atau skincare dan perawatan rambut, seperti sampo dan sabun mandi.

Sebagai salah satu bahan pembersih, SLS dan SLES dapat membuat kulit terasa kering dan memicu iritasi. Kemasan plastik pada sampo dan sabun mandi juga sulit terurai di alam, sehingga bisa mencemari lingkungan.

Sebab itu, sampo Tordasil dibuat tanpa kandungan SLS dan SLES. Sebagai pengganti, Restu dan kawan-kawan menggunakan sodium cocoyl isethionate noodle atau SCI, jenis surfaktan yang bekerja mengangkat kotoran di permukaan kulit tanpa menghilangkan kelembapan kulit dan menjadikannya kering. "Tordasil lebih aman digunakan pada kulit kepala sensitif," katanya seraya menjelaskan sampo tersebut dikemas dalam kaleng sehingga dapat diisi ulang.

Tordasil, sampo berbentuk bomboloni berwarna oranye yang terbuat dari ekstrak minyak biji pepaya. Sampo batangan ini karya lima mahasiswa Politeknik Negeri Malang atau Polinema, Jawa Timur. Dok. Tim Tordasil Polinema

Buah pepaya atau Carica papaya L. sarat vitamin dan mineral dan selama ini dikenal mampu melancarkan sistem pencernaan. Namun selama ini hanya dagingnya yang dikonsumsi, sedangkan biji pepaya terbuang sia-sia. Padahal jika tekun diteliti, biji pepaya dapat diolah jadi produk perawatan rambut alami, ramah lingkungan, dan aman.

Restu yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur, itu menjelaskan, biji pepaya mengandung glucoside cacirin dan karpain yang berfungsi menghitamkan rambut beruban secara alami dan antibakteri. Fungsi kandungan biji pepaya ini hampir sama dengan lidah buaya.

Dalam berat kering, biji pepaya mengandung minyak 25 persen. Kandungan minyak ini lebih besar jika dibandingkan dengan kandungan minyak dalam kedelai (19,63 persen) dan biji bunga matahari (22,23 persen). Di bidang kesehatan, minyak biji pepaya biasa dimanfaatkan sebagai pelembap.

Adapun bahan pembuatan Tordasil mencakup biji pepaya, SCI, lemak kakao, asam stearat (asam lemak jenuh yang diperolah dari lemak hewan dan nabati), kokamidopropil betain, parfum pepaya, dan lilin lebah. Semua bahan diolah dengan menggunakan peralatan berupa pengaduk atau sttirer, panci, kompor, wadah, termometer, cetakan, mesin cold-press, dan gelas ukur.

Restu melanjutkan, cukup banyak sampo batangan yang diproduksi di beberapa daerah dan dipasarkan dalam skala lokal. Sebagian besar sampo tersebut menggunakan minyak kelapa. "Di sinilah peluang yang kami manfaatkan dengan membuat Tordasil dari minyak biji pepaya," ujarnya.

Untuk kemasan, mereka memilih tampilan estetik dan minimalis. Tidak cuma kekinian dan Instragamable yang sesuai pasar milenial, juga berkonsep go green demi mengurangi volume sampah plastik, menghemat biaya produksi, dan praktis dibawa ke manapun. Berat bersih per batang Tordasil 45 gram. Saat ini, Restu dan kawan-kawan sudah memasarkan sampo Tordasil lewat media sosial.

Saat ini, mereka menyediakan layanan berbasis made to order, sehingga tidak ada lokasi tetap untuk memproduksi Tordasil. Sampo batangan seharga 40 ribu per buah ini menyasar pasar kelas menengah ke atas. Harga ini diklaim lebih murah ketimbang kompetitor produk sejenis yang mematok mulai Rp 75 ribu.

Dalam menggunakan sampo batangan ini, pengguna keramas seperti biasa dengan membahasahi rambut sampai kulit kepala. Kemudian gosokkan Tordasil ke kulit kepala. Pijat kulit kepala selama 3 - 5 menit dengan ujung jari. Bilas dengan air sampai bersih.

Dosen pembimbing tim Tordasil, Rosita berharap para mahasiswa ini terus mengembangkan potensi diri agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan. "Membuka lapangan usaha sekaligus membantu pemerintah mengembangkan potensi keanekaragaman hayati menjadi produk bernilai jual tinggi," ucapnya. Penelitian ini mendapat pendanaan dari Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Baca juga:
Mahasiswa Universitas Brawijaya Buat Bodi Losion Penangkal Covid-19

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus