Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Buat yang berencana berwisata di dekat rumah untuk menghabiskan libur Lebaran diminta untuk tidak lengah dalam menerapkan protokol kesehatan. Membawa bekal sendiri bisa menjadi alternatif untuk menghindari risiko penularan virus yang terjadi ketika makan di restoran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita bisa bawa makan dan minuman, jadi kalau di ruang terbuka bisa makan di sana, kalau bisa menjauh dari kerumunan," kata kepala unit gawat darurat RSUD Matraman, dr. Tiur Situmorang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan lain bila tidak ada tempat yang betul-betul sepi adalah menyantap bekal di dalam kendaraan pribadi bila memungkinkan.
"Makan pasti lepas masker, makan saja di dalam mobil dan tetap makan makanan yang bergizi, minum vitamin, dan jaga kesehatan," lanjut Tiur.
Di tengah pandemi, dia berpendapat belum ada tempat yang betul-betul 100 persen aman, apalagi saat libur biasanya terjadi lonjakan jumlah pengunjung. Namun, bila tetap ingin berwisata, dia mengingatkan untuk senantiasa menerapkan 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Pentingnya menerapkan protokol kesehatan ditegaskan juga oleh Ketua Tim Pedoman dan Protokol dari Tim Mitigasi PB Ikatan Dokter Indonesia, Eka Ginanjar. Ia mengatakan risiko tetap tinggi bila terjadi kerumunan di tempat wisata akibat orang-orang yang tidak bisa menjaga jarak. Meski pengunjung yang datang berasal dari zona hijau atau daerah setempat, jangan sampai terjadi kerumunan karena bisa menimbulkan risiko penyebaran virus.
"Paling penting bagi pengelola dan pemerintah lokal adalah menjamin VDJS (Ventilasi-Durasi-Jarak-Sirkulasi) ada, dan untuk itu yang utama adalah membatasi jumlah pengunjung," kata Eka.
Ichwan Zuanto, yang mengambil Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Toraks,Kardiak, dan Vaskular Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia berpendapat wisata lokal saat Lebaran tidak dilarang. Tapi, tidak masalah bila masyarakat memilih di rumah saja sebab dia menilai angka kejadian kasus pasien terinfeksi yang belum bisa dikendalikan dan memunculkan klaster-klaster yang sifatnya eksklusif, misalnya perkantoran, menunjukkan masyarakat belum siap penuh untuk menyelenggarakan aktivitas kontak sosial.
Dia menegaskan, kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan menjadi kunci utama memutus mata rantai transmisi COVID-19. Dia mengingatkan masyarakat yang ingin berwisata untuk tidak mengabaikan prokes karena bisa membawa dampak buruk di masa depan. Semua orang diajak untuk bertanggung jawab karena adalah figur penting dalam memutus penyebaran virus. Wisata yang bertanggung jawab berarti dengan kesadaran penuh atas diri dan keluarga menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan taat.
"Apabila protokol kesehatan tetap diabaikan oleh masyarakat, maka wisata lokal yang tadinya diharapkan untuk menggenjot perekonomian daerah dan menjadi alternatif pengganti mudik malah dapat berpotensi menambah transmisi virus, penularan penyakit, jumlah kasus pasien terinfeksi, dan akhirnya meningkatkan angka kematian akibat COVID-19 pada suatu daerah," ujarnya.
Ahli kesehatan masyarakat dr. Samuel Josafat Olam mengingatkan kembali masyarakat untuk memahami risiko dari bepergian dan patuh menjalankan protokol 5M yang sudah disarankan pemerintah.
"Mereka yang bepergian sebaiknya memilih tempat yang tidak ramai, memiliki ventilasi udara yang baik, menjaga jarak minimal 1,5 meter dari orang lain, selalu mengenakan masker dengan benar," kata Samuel.
Dia pun menyarankan orang-orang untuk meminimalisasi keharusan melepas masker saat makan di luar rumah dengan mengenyangkan perut terlebih dulu di rumah sebelum berangkat.
"Juga jangan lupa rajin mencuci tangan. Lansia dan orang yang memiliki penyakit penyerta diimbau untuk tidak bepergian untuk mencegah terjadinya penularan yang dapat berujung pada masalah kesehatan yang serius," tuturnya.