Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Saran Psikolog agar Dapat Restu Orang Tua dan Calon Mertua sebelum Menikah

Simak tips dari psikolog untuk meyakinkan orang tua dan calon mertua agar merestui hubungan hingga ke jenjang pernikahan.

9 Agustus 2022 | 20.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi mertua. cnn.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog klinis dewasa dari Universitas Indonesia, Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, membagi tips untuk meyakinkan orang tua dan calon mertua agar merestui hubungan hingga ke jenjang pernikahan. Menurutnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah menghormati orang tua dan calon mertua dengan menunjukkan sikap yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saat kita punya pendapat, 'Pak, Bu, ini lho pilihanku,' kita perlu menyampaikan. Tips yang pertama, perlu menghormati, artinya respek. Misalnya, mertua tipikal yang mesti sopan, menjunjung tata krama, kita ikuti, sesuaikan," tutur Pingkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski demikian, Anda juga harus menghargai pendapat diri sendiri. Jika tidak setuju dengan yang disampaikan orang tua atau calon mertua, jangan ragu mengutarakan pendapat sendiri dengan cara yang baik.

Tips selanjutnya, pastikan Anda dan pasangan sudah punya satu tujuan yang sama tentang arah hubungan yang akan dijalani selanjutnya. "Samakan dulu sama pasangan. Satu visi, tahu nanti rumah tangganya mau seperti apa. Ketika sudah satu, baru ceritakan ke orang tua sehingga mereka juga bisa menghargai pilihan kalian," ujar Pingkan.

Ia mengatakan setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Saat anaknya akan menikah, orang tua biasanya sangat memperhatikan bibit (garis keturunan), bebet (status sosial ekonomi), dan bobot (kepribadian dan pendidikan) dari calon menantu. Jika orang tua atau calon mertua tidak merestui hubungan karena adanya perbedaan dari tiga hal tersebut, Anda perlu mendengarkan pendapat mereka terlebih dulu.

"Kita dengarkan kekhawatirannya apa. Kita bisa bertanya, apa yang ditakutkan, apa yang dibayangkan jika menikah dengan dia. Mungkin karena ekonomi, adaptasi, dan lain sebagainya," tutur Pingkan.

Setelah itu, Anda dan pasangan harus bisa membuktikan kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi. Jika orang tua khawatir tentang ekonomi, misalnya, tunjukkan Anda dan pasangan memiliki tabungan yang cukup untuk membangun rumah tangga.

"Atau takut enggak bisa beradaptasi dengan budaya, jadi enggak bisa melakukan upacara budaya yang biasa dilakukan, misalnya, 'Oh kami sudah mengobrol tentang itu, kami enggak keberatan dengan acara budaya itu selama ada budgetnya'," imbuh Pingkan. "Jadi, dengarkan dulu dan coba tunjukkan kekhawatiran itu tidak terjadi, bahwa faktanya berbeda."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus