Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Sebab Tuberkulosis pada Anak Susah Dideteksi

Deteksi tuberkulosis pada anak lebih sulit dari orang dewasa karena anak jarang menunjukkan gejala.

12 Maret 2021 | 12.52 WIB

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Deteksi tuberkulosis pada anak lebih sulit dari orang dewasa. Pasalnya, kelompok tersebut jarang menunjukkan gejala TB, misalnya batuk atau masalah lain pada saluran pernapasan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Pada anak yang menderita TB jarang sekali yang mengalami batuk. Gejala yang sering terjadi yaitu berat badan yang tak kunjung naik dan demam terus menerus," kata dokter spesialis anak dari RSUI, Cynthia Centauri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat dokter sudah mendiagnosis anak terkena TB, maka pengobatan yang akan diberikan setidaknya berpegang pada empat prinsip, yakni minum obat TB (OAT) secara teratur sampai tuntas atau sembuh serta rutin berobat dan kontrol ke dokter. Menurut Cynthia, penetapan penghentian pengobatan ini harus diputuskan oleh dokter, bukan perkiraan keluarga pasien.

Selanjutnya, mencegah penularan lebih lanjut, memenuhi gizi yang adekuat sesuai kebutuhan pasien, dan menjalani pola hidup bersih dan sehat, serta mencari dan tatalaksana penyakit penyerta. Dokter spesialis paru dari RSUI, Diah Handayani, menyoroti kenyataan pandemi yang sedikit menggeser program TB karena fokus dari tenaga kesehatan dan masyarakat lebih kepada COVID-19.

"Upaya pencegahan TB seharusnya bisa lebih digalakan seperti pada kasus COVID-19. Upaya ini memerlukan kerjasama dan kolaborasi dari banyak pihak seperti kader, fasilitas layanan kesehatan, praktik sejawat, pemerintah, serta masyarakat," ujarnya.

Dia mengingatkan beberapa terapi pencegahan TB yang perlu kembali digalakkan meliputi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), skrining, menemukan kasus aktif, Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT), pencegahan serta terapi HIV dan komorbid lain, akses ke layanan kesehatan, dan dukungan sosial serta pengentasan kemiskinan.

Upaya eliminasi TB ini dilakukan mulai dari pencegahan TB laten dan infeksi TB sebelum sakit. Menurut Diah, upaya penanganan TB bisa dipelajari dari upaya penanganan COVID-19, seperti pelacakan kontak, identifikasi terapi, serta pencegahan dilakukan dengan agresif oleh banyak pihak.

Ketua Perhimpunan Perkumpulan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) cabang Kota Depok, dr. Rulliana Agustin, mengingatkan para kader TB berperan memberikan pendampingan dan edukasi terbaik kepada masyarakat terhadap kewaspadaan TB dan pengobatannya. Dia tak menampik beberapa tantangan yang dihadapi kader, seperti risiko tertular, cara memotivasi pasien, dan sebagainya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus