Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sebelum yuliana berpisah dari...

Tim dokter rs cipto mangunkusumo, jakarta akan menangani operasi pemisahan bayi kembar siam dari riau yang berdempetan di bagian kepala. pembuluh induk di antara 2 otak dikhawatirkan menyatu.

12 September 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YULIANA dan Yuliani namanya. Satu kepalanya. Pertanyaan: bisakah kepala mereka yang bertaut tunggal itu dipisahkan, oleh sebuah tim dokter Indonesia, yang pertama kalinya menghadapi kasus kembar siam seperti ini dalam sejarahnya? Untuk sementara, pemeriksaan atas kembar siam yang berdempetan di bagian kepala itu menunjukkan tanda harapan. Dalam jumpa pers yang dilangsungkan Jumat pekan lalu, tim dokter RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang akan menangani pemisahan itu mengumumkan: otak bayi kembar siam berusia dua bulan itu ternyata terpisah. Artinya, alhamdulillah. Sebuah pertanyaan yang paling menentukan sudah terjawab. Sebab, bila otak pasangan kembar siam itu juga menyatu seperti rongga kepala mereka, pemisahan mustahil dilakukan. Soal itulah yang memang paling mencemaskan, ketika RRI memberitakan kelahiran mereka 31 Juli lalu, di Rumah Sakit Umum Tanjungpinang, Provinsi Riau. Apalagi pemotretan ronsen, yang segera dilakukan di RSU Tanjungpinang, tak bisa memberi kepastian. Keterbatasan ahli dan peralatan di rumah sakit itu membuat usaha pemisahan juga mustahil. Karena itu, dengan bantuan berbagai pihak, Yuliana dan Yuliani diterbangkan ke RSCM, Jakarta. Orangtua si kembar, pasangan Tularji dan Hartini, hanyalah sepasang suami-istri sederhana dari Kampung Kolom, Tanjungpinang. Di RSCM, pemotretan dengan peralatan mutakhir Computed Tomography Scanning (CT-Scan) segera dilakukan. Namun, dengan kesimpulan bahwa otak bayi "Kembar Riau" itu terpisah, toh ternyata hasil alat canggih itu tak bisa terinci benar. Tim dokter RSCM -- yang dipimpin Prof. Iskandar Wahidayat -- mengemukakan soal yang masih harus dipecahkan: terpisah jugakah pembuluh darah induk yang terletak pada bagian kepala yang berdempetan? Pembuluh darah ini dikenal sebagai sinus sagitalis superior. Letaknya dalam alur yang berbentuk lekukan, di bagian dalam selaput otak. Selaput yang memisahkan otak dan tengkorak tempat pembuluh induk itu berada, terdiri dari tiga lapis. Yang terletak paling luar, dura mater, berbatasan dengan bagian dalam tengkorak kepala. Nah, pembuluh sinus sagitalis superior itu terletak dalam lekukan dura mater. Hasil pemeriksaan tim menunjukkan, kendati otak Yuliana dan Yuliani terpisah, lapisan dura mater pada otak mereka ternyata menyatu. Maka, menyatu jugakah sang sinus sagitalis superior yang berada di dalamnya? Prof. Sudarmo, radiolog tim yang melakukan pemotretan dengan CT-Scan, menegaskan bahwa sinus sagitalis superior merupakan salah satu pembuluh balik yang penting. Fungsinya mengalirkan kembali darah ke jantung. Pembuluh ini merupakan induk dari sejumlah pembuluh darah yang lebih halus di sekelilingnya. Kalau cuma ada satu sinus sagitalis pada kedua kepala si kembar, kata Sudarmo, "pemisahan akan jadi repot." Sebab, hanya salah satu otak yang akan memiliki pembuluh itu. Berarti, pada si bayi yang satu lagi, darah yang masuk ke otak tak bisa pulang ke jantung untuk dipersegar sebelum dikirim kembali. Tak mengherankan bila ahli saraf terkemuka, Prof. Mahar Mardjono, ikut mencemaskan bila sinus sagitalis superior bayi kembar siam itu ternyata menyatu. Atas pertanyaan pers, guru besar neurologi itu cenderung berpendapat bahwa pemisahan tak mungkin dilakukan bila pembuluh induk itu manunggal -- meskipun ia segera menambahkan tak hendak memberi keterangan lebih jauh, karena tak melihat sendiri data-data hasil pemeriksaan. Bekas rektor UI itu memang bukan anggota tim. Tapi para ahli, baik anggota tim maupun bukan, tahu betul bahaya yang bisa terjadi. Terganggunya aliran darah pada sinus sagitalis superior dengan sendirinya akan merusakkan seluruh sistem pembuluh balik otak. Bahkan akan rusak pula peredaran darah di otak. Akibatnya, akan macetlah suplai makanan, oksigen, dan zat-zat lain yang diperlukan otak, yang didistribusikan oleh pembuluh darah. Sistem pembuluh balik di otak memang cukup rumit. Mereka berhubungan satu sama lain. Selain sinus sagitalis superior, sistem itu memiliki enam sinus lainnya yang berkaitan. Pada sinus-sinus inilah darah, dari pembuluh-pembuluh halus yang akan kembali ke jantung, dikumpulkan, melewati lebih dulu pembuluh balik yang lebih besar di leher. Sinus sagitalis superior khususnya menerima aliran darah balik dari bagian belakang otak aliran ini datang dan sinus sagitalis inferior di bagian dalam otak. Kedua sinus ini berhubungan melalui jaringan pembuluh halus, yang bertaut seperti sarang laba-laba. Namanya anastomosis. Pelik, dan sebab itu setiap operasi di sana mengandung risiko. Tapi ahli bedah saraf dalam tim, dr. Padmosantjojo, tampaknya cukup optimistis. "Berdasarkan angka statistik, operasi semacam ini tak akan sampai merenggut nyawa," katanya kepada TEMPO. Tentang kemungkinan menyatunya sinus sagitalis superior pada kepala Yuliana dan Yuliani, Padmosantjojo juga memperlihatkan harapan. Otak yang tak kebagian pembuluh itu memang bisa tak usah terlampau dicemaskan. Peran sinus sagitalis superior-nya diharapkan akan digantikan oleh perkembangan anastomosis-nya. Hanya bila perkembangan anastomosis ini tidak baik, akibatnya memang bisa buruk. Padmosantjojo toh tidak ingin gegabah. Untuk kepastiannya, tim masih akan mengadakan pemeriksaan intensif. "Karena itu, pembedahan paling cepat baru bisa dilakukan tanggal 17 September mendatang," katanya. Dan dengan persiapan dokter yang memadai: tim yang akan memisahkan Yuliana dari Yuliani juga harus "kembar", atau sepasang, karena begitu pemisahan mereka dilakukan, masing-masing harus segera ditangani dengan cepat. Padmosantjojo memperkirakan operasi akan makan waktu 8-10 Jam. Jika segalanya beres, penambalan selaput otak dan tengkorak, katanya, tak akan menjadi masalah. Untuk kulit kepalanya akan dilakukan operasi plastik, sementara tengkorak yang bolong akibat pemisahan akan diberi tutup dan sejenis akrilik. Tentu saja mengurus dua kepala bayi yang tadinya satu tak semudah melakukan operasi pemisahan yang mana pun. Bahkan ahli bedah saraf dari RSU Hasan Sadikin, Bandung, dr. Benny Atmadja Wiryomartani, mengatakan, "Kalau saya, saya cenderung tidak berani mengoperasinya." Tanpa sinus sagitalis supenor, menurut Benny, otak akan membengkak secara akut, karena darah tak bisa mengalir kembali ke jantung, dan penderitanya bisa meninggal dalam beberapa jam. Apalagi Benny Atmadja berpendapat, tak mungkin mengalihkan fungsi sinus ke jaringan anastomosis. "Sinus itu relatif lebih besar bila dibandingkan anastomosis di sekitarnya," katanya. Tapi ia mengakui, bila bersatunya sinus sagitalis superlor teriadi di sepertiga bagian depan, kemungkinan pengalihan fungsi masih bisa diikhtiarkan. Sebab, di bagian itu terdapat sejumlah pembuluh balik lain. Tapi bila pembuluh itu menyatu kira-kira di pertengahan bagian belakang otak, pengalihan, katanya pula, "tidak mungkin diharapkan". Sebab, di daerah itu aliran darah balik hanya dengan sinus sagitalis superior. Bagaimana persisnya posisi sang sinus? Menurut Benny Atmadja, masih ada kemungkinan melacaknya: dengan angiografi. Metode pelacakan ini memanfaatkan zat kontras yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah. Ketika pemotretan dengan ronsen dilakukan, zat kontras itu bisa mengakibatkan aliran darah, juga penampang pembuluh darahnya, jadi terlihat jelas. Metode ini tidak disebut tim dokter RSCM pada jumpa pers Jumat lalu. Namun, mungkin pemeriksaan inilah yang masih ditunggu. Yang juga akan ditilik ialah panjangnya daerah yang menyatu. Dokter Sudiharto, ahli bedah saraf RSU Dr. Sardjito, Yogyakarta, menyebut pentingnya fakta tentang itu untuk menentukan kemungkinan pemisahan. "Kalau hanya satu atau dua sentimeter, saya kira masih bisa diatasi dalam arti kedua-duanya bisa hidup." Namun, bila lebih dari itu, menurut Sudiharto, "operasi bisa mengakibatkan kematian pada kedua-duanya." Walhasil, berbagai pertimbangan masih harus ditempuh sebelum Yuliana dan Yuliani bisa mengutip pepatah yang agak lain untuk Melayu Riau: kepala sama berbulu, tapi letaknya berlainan. Jim Supangkat & Gatot Triyanto (Jakarta), Syafiq Basri (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus