NASIB Teddy Moechtadi sebenarnya belum bisa dipastikan. Tapi sebuah loncatan besar sudah dilaluinya. Minggu awal pekan ini, di RS Telogorejo, Semarang, ia menjalani tahap terakhir pencangkokan sumsum untuk mengatasi sejenis leukemia, penyakit darah yang bisa berakibat fatal. Kepastian hasil pencangkokan itu baru bisa dilihat 7-21 hari mendatang. Namun, tim dokter optimistis, transplantasi itu akan berhasil. Semua kemungkinan telah diperhitungkan dengan cermat, dan risiko kegagalan sudah ditekan sampai ke tingkat paling minimal. Teddy Moechtadi, 35 tahun, wartawan Banjarmasin Post itu persisnya menderita Leukemia Mielositik Kronik (LMK). Pangkal penyakit darah ini ialah rusaknya salah satu sistem pembentukan butir-butir darah. Masalahnya, pembelahan sel induk pembentuk sel-sel darah pada sumsum tulang belakang terganggu. Akibatnya, keseimbangan seluruh butir-butir darah yang diproduksi terganggu pula. "LMK biasanya diatasi dengan jalan pencangkokan sumsum," kata ahli darah dr. C Suharti, anggota tim dokter yang menangani Teddy. Artinya, sel-sel pembentuk darah yang mengalami kerusakan genetik dan tak mampu lagi membentuk butir-butir darah, diganti dengan yang baru. Sel-sel pembentuk darah ini berada pada cairan sumsum tulang belakang. Penggantian sel-sel pembentuk darah untuk mengatasi LMK ini dilakukan dengan memasukkan sel-sel pembentuk darah dari donor. Metode pencangkokannya disebut allolog. Pencangkokan allolog ini adalah yang pertama dilakukan di Indonesia. Untuk pencangkokan sumsum, operasi atas Teddy itu tercatat yang kedua. Yang pertama dilakukan di RS Kariadi, Semarang, tahun lalu dengan metode berbeda, yakni metode autolog. Pada transplantasi ini, sumsum penderita bukan diganti, tapi mengalami semacam pencucian dengan sistem radiasi. Setelah bersih, cairan sumsum tulang belakang dimasukkan kembali -- dicangkokkan kembali. Penggantian sumsum seperti yang dilakukan pada Teddy hanya bisa dilakukan dengan jalan mentransplantasikan sumsum saudara kandung. "Karena persyaratan penggantian itu menuntut persamaan genetik," kata ketua tim dokter, Dr. A.G. Soemantri, kepada Nanik Ismiani dari TEMPO. Dari semua saudara kandung Teddy, akhirnya ditemukan salah seorang adiknya Wahyu Widodo, mahasiswa berusia 31 tahun, yang mempunyai kesamaan genetik yang diperlukan itu. Pencangkokan awal dimulai 9 Oktober lalu. Melalui sebuah operasi pada Teddy, ditanamkan semacam saluran -- dinamai saluran Hickman. Saluran yang dimasukkan di sekitar tulang iga itu menyusup masuk ke jantung. Dari saluran inilah kelak, sumsum donor dipompakan. Tahap berikutnya, sumsum Teddy disedot 820 cc, 16 Oktober silam. Ini bukan bagian dari transplantasi, tapi tindakan pengamanan. Sel-sel pembentuk darah pada sumsum Teddy yang sudah rusak dikeluarkan. Dengan peralatan yang canggih, sel-sel pembentuk darah ini dipisahkan, lalu dibekukan pada suhu minus 196 C. Sel-sel ini disimpan. Tujuannya, bila transplantasi gagal, sel-sel ini akan dimasukkan kembali. Artinya, walau Teddy tidak sembuh, ia tidak langsung tewas. Setelah sumsumnya disedot, Teddy dimasukkan ke ruangan steril. Tingkat kesehatannya diawasi dengan ketat. Ia bahkan ditidurkan di sebuah ranjang, yang bisa setiap saat menimbang berat badannya. Ruang steril memang selalu diperlukan pada pencangkokan sumsum. Sebab, pengangkatan sumsum berarti juga penurunan daya tahan tubuh penderita. Dalam kondisi itu tubuh Teddy mulai "dijinakkan". Padanya diberikan sejumlah obat yang bisa menekan daya tolak tubuh. Hal yang paling dikhawatirkan dalam semua transplantasi memang sistem penolakan tubuh ini. Sistem pertahanan tubuh manusia, selain menyerang penyakit, juga menyerang semua jaringan asing yang masuk. Termasuk jaringan yang dicangkokkan untuk penyembuhan. Namun, dalam dua dekade terakhir telah dikembangkan obat-obat yang bisa menekan daya tolak tubuh. Karena itu, berbagai metode transplantasi mengalami kemajuan pesat. Rencana memasukkan sumsum donor pada 23 Oktober lalu batal karena proses penjinakan dinilai masih belum matang. Paling tidak, tiga jenis obat penekan daya tolak tubuh diberikan pada Teddy. Sehari sebelum sumsum adiknya ditransfer, 29 Oktober, Teddy mendapatkan cyclosporine, obat penekan yang paling ampuh dan paling luas digunakan dalam proses transplantasi. Keesokan harinya, Minggu 30 Oktober, transplantasi itu dilakukan. Roslina, istri Teddy, dan kedua anaknya, Puteri dan Rio, diperbolehkan menyaksikan dari dekat. Pada pukul 10 pagi, sumsum Wahyu Widodo disedot 820 cc. Setelah diproses selama satu setengah jam, lepas tengah hari sebanyak 620 cc dimasukkan ke tubuh Teddy, kakaknya, melalui saluran Hickman. Melalui jantung, sel-sel pembentuk butir-butir darah itu akan otomatis dipompakan ke sumsum tulang belakang. Dan bila tumbuh dengan baik, akan berfungsi sebagai pembentuk butir-butir darah. Dan yang menakjubkan, golongan darah Teddy yang B kemungkinan besar akan berubah menjadi O, seperti golongan darah Wahyu, adiknya. Pencangkokan yang termasuk perintis dan menelan biaya sekitar 1,4 milyar itu sudah melalui bagiannya yang paling berat. Tinggal menjaga dan menunggu apakah sel-sel pembentuk darah di tubuh Teddy mau tumbuh. Tapi usaha itu agaknya tidak akan sia-sia. Laporan terakhir menunjukkan, Senin malam awal pekan ini kondisi Teddy sangat baik. Jim Supangkat (Jakarta), Bandelan Amarudin (Yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini