Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Sering Tak Jelas, Kenali Gejala Pneumonia pada Lansia

Gejala pneumonia pada lansia sering tak tampak jelas, tak seperti pada orang yang lebih muda. Berikut saran dokter.

6 Juni 2021 | 14.10 WIB

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan geriatri dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Lazuardhi Dwipa, mengatakan ada sejumlah gejala pneumonia yang tak khas pada lansia. Contohnya badan lemah dan nafsu makan menurun drastis. Pada dewasa, gejala umumnya seperti demam, mengigil, sesak napas, dahak berwarna.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Pada lansia di tahap awal belum tampak gejala khas seperti pada dewasa. Pertama lemah badan sehingga cenderung banyak diam, nafsu makan menurun drastis," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Apabila kondisi ini dibiarkan atau tak diobati maka bisa memunculkan gejala lain seperti demam, batuk, sesak napas, gangguan kesadaran yang ditandai bicara tidak jelas dan tidak nyambung. Sementara itu, spesialis penyakit dalam konsultan alergi imunologi dari RSCM, Suzy Maria, menuturkan pneumonia pada lansia berpotensi fatal, menyebabkannya dirawat di ICU hingga kematian dan penurunan status fungsional setelah sakit. Angka mortalitas pada lansia yang terkena penyakit ini menurut data dari RSCM sekitar 15-25 persen.

Untuk menegakkan diagnosis pneumonia, pasien bisa menjalani pemeriksaan darah, dahak, dan rontgen dada. Pengobatannya pun disesuaikan dengan penyebab penyakit, bila ada bakteri diberi antibiotik, antivirus apabila karena virus, atau antijamur kalau disebabkan jamur. Selain itu, dokter juga akan meresepkan obat untuk mengurangi gejala.

Pneumonia merupakan penyakit infeksi radang atau radang paru. Penyakit ini dapat dialami siapa pun tetapi rentan pada anak, lansia, penderita penyakit kronis, perokok, penderita gangguan sistem imun, gangguan mobilitas seperti pernah terkena stroke dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

"Kuman masuk dari saluran napas atas dan mulut ke saluran napas. Seharusnya sistem pertahanan tubuh bisa menangkal sehingga tidak jadi sakit. Tetapi ada kondisi pertahanan tubuh turun atau kuman kuat, lalu masuk ke paru dan menyebabkan radang baru," ujar Suzy.

Penyebab pneumonia bisa berasal dari virus, bakteri, dan jamur. Namun, virus menjadi penyebab tersering. Sementara untuk bakteri, Streptococcus pneumoniae termasuk penyebab umum pneumonia.

Untuk mencegah terkena penyakit ini, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan, antara lain tidak merokok karena merusak selaput lendir saluran pernapasan, rajin mencuci tangan agar penyebab penyakit tidak masuk ke paru, mengobati penyakit kronik, menjaga kebersihan gigi dan mulut karena kuman masuk salah satunya dari mulut, dan menerapkan gaya hidup sehat. Di sisi lain, vaksinasi juga bisa menjadi salah satu langkah pencegahan walau tidak menjamin 100 persen dari pneumonia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus