Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Soal Dukun Diseminarkan Lagi

Dep. Kesehatan pernah menyelenggarakan seminar tentang dukun. Sejumlah tokoh dari UGM & orang awam memberikan pendapatnya. Faktor orang pergi ke dukun a.l: kebudayaan, ekonomi, kebodohan dll. (ksh)

24 Maret 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DULU orang yang tidak berpengetahuan atau miskin saja pergi ke dukun. Tapi sekarang justru orang yang pintar, berpengaruh dan berduit pun percaya pada dukun. Mengapa? Gejala ini sempat menjadi topik dalam suatu seminar Ikatan Dokter lndonesia (IDI) di Yogyakarta (3 Maret). Empat bulan sebelumnya Departenen Kesehatan pernah menyelenggarakan pula seminar tentang dukun. Di Yogya, dr Raden Soejono Prawirohardjo lari UGM mengatakan orang pergi ke .iukun karena faktor kebudayaan. Bila nenderita penyakit jiwa, katanya, si pasien biasanya dianggap kemasukan roh, ketempelan setan dan sebagainya. Dalam hal ini dicelanya pihak dokter yang "kurang memahami wawasan pasien seutuhnya, " hingga hubungan pasien-dukun lebih terjalin baik daripaia hubungan pasien-dokter. Tapi jumlah dokter juga kurang, terutama untuk pedesaan. Umpamanya Indonesia memiliki sekitar 100 psikiaer, yang terlalu sedikit untuk menangani puluhan juta pasien jiwa. Sebagian besar penderita lari ke tangan non-medis, seperti dukun. Prof. Dr. Tengku Jacob, juga dari UGM, menyebut masalah kesehatan terbesar adalah sindrom kemiskinan desa. Itu sebagian besar disebabkan hal lingkungan yang bersifat non-medis, sedang peranan kedokteran terbatas sekali untuk mengatasinya, demikian Jacob. Namun umumnya mengakui di seminar Yogya itu bahwa cukup banyak hal di luar ilmu kedokteran yang berperan menyembuhkan penyakit. Tentang ini, pembicara awam Ahmad Haji Asdie mengaitkannya dengan tawakkal pada Allah. "Sumber penyakit," katanya, "sebagian besar dari kekotoran hati -- satu hal yang justru sering dilupakan dokter Penyakit itu dapat dicegah dengan pembersihan hati, berarti tawakkal atau tunduk dan patuh pada aturan Allah." Haji Asdie menyebut, sebagai contoh, seorang gadis 19 tahun yang menderita penyakit tak bisa tidur. Ia menderita karena kekasihnya "ndobel" -- main dengan orang lain. Sudah seminggu matanya jarang berkedip. Ia memandang ke satu arah saja. Kemudian ke telinganya "disuntikkan" dzikir jiwa. Setelah 3 menit dibimbing berdzikir, gadis tadi tiba-tiba menangis keras. Dan sembuhlah si gadis, menurut Haji Asdie. Ada lagi kisah lain. Seorang berusia 36 tahun dari Juwana, Jawa Tengah, mengeluarkan dari tubuhnya -- mulut, kuping, hidung, tengkuk paku, pecahan botol dan kulit kerang. Penderita itu pun, kata Haji Asdie, disembuhkan dengan dzikir jiwa. Diceritakannya pula kasus seorang berusia 34 tahun yang sudah lama rematik yang juga dengan dzikir jiwa ia sembuh. "Telah dapat berjalan lagi, hatinya menjadi tenang." Dengan Sujud Ajaran kerohanian Sapta Darma yang diwakili Sri Pawenang SH, ikut mengetengahkan pandangan. Salah satu obat dan pencegah penyakit dalam ajaran ini, katanya, adalah sujud. "Sujud berguna untuk mengendalikan nafsu dan mendudukkan rohani pada tugas yang sebenarnya." Praktek non-medis di pedesaan telah menjadi penelitian beberapa mahasiswa FK-UGM. Dari survai mereka diketahui banyak macam praktek pedukunan, termasuk pijat-memijat, yang umumnya memakai cara mistik dan kerohanian. Bahwa kenapa orang pergi ke dukun, seminar tadi tampaknya masih boleh disusul dengan banyak seminar lainnya untuk mengupasnya. Seperti dikatakan dr Soejono, sejumlah faktor mempengaruhi orang pergi ke dukun, antara lain kebudayaan, harga diri, komunikasi, kebodohan, ekonomi, mass media dan pandangarl vertikal ke atas. Tentang faktor terakhir ini, ia mengatakan: "Bila banyak pejabat tinggi berobat ke salah satu dukun, maka larislah dukun itu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus