Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Pidato merujuk pada istilah yang menyatakan pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak, sebagaimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pidato umumnya dilakukan dalam acara-acara yang bersifat formal, seperti peringatan kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam menyampaikan pidato, pembicara atau orator biasanya mempersiapkan terlebih dahulu teks yang akan digunakan. Lantas, bagaimana struktur pidato yang benar?
Pengertian Pidato
Melansir Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, pidato adalah kegiatan berbicara di depan umum untuk menyatakan pendapat atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dilakukan oleh satu orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Senada dengan hal itu, berdasarkan repository.uhn.ac.id, pidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan yang memerlukan ekspresi, ide, penalaran, dan didukung oleh aspek non-bahasa, seperti ekspresi, kontak mata, dan intonasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, isi pidato harus dimengerti oleh audiens.
Kemudian, mengacu pada ejournal.bbg.ac.id, pidato adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk menyatakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Keterampilan tersebut sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, agar mampu meyakinkan audiens dalam kesempatan tertentu.
Struktur Pidato
Mengutip Jurnal Education and Development (2018), struktur pidato secara umum terdiri dari:
- Judul: harus singkat dan menimbulkan keingintahuan audiens.
- Salam pembuka: salam pembuka bisa dilanjutkan dengan pujian-pujian kepada Tuhan dan ucapan terima kasih kepada audiens yang hadir.
- Pendahuluan: berisi pokok-pokok masalah dari isi pidato.
- Isi: menjelaskan pidato secara sistematis dan lengkap dengan didukung oleh data dan fakta.
- Penutup: ringkasan dan harapan atau anjuran untuk melakukan sesuatu.
- Salam penutup: Ucapan maaf dan terima kasih serta salam.
Ciri-Ciri Pidato
Pidato mempunyai karakteristik, antara lain:
- Saklek: mempunyai objektivitas dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran.
- Jelas: pembicara harus mengungkapkan pemikirannya sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti.
- Hidup: menghidupkan pembicaraan dengan menggunakan ilustrasi, cerita pendek, atau pengalaman-pengalaman yang relevan.
- Memiliki tujuan: tujuan harus dirumuskan dalam pikiran pokok pidato.
- Mempunyai klimaks: pidato menggunakan gaya bahasa yang naik-turun agar tidak membuat audiens merasa bosan.
- Memiliki pengulangan: redudansi diperlukan agar pendengar tidak melupakan pokok-pokok pidato.
- Hal-hal yang mengejutkan: pidato diharapkan membuat pendengar merasa tertarik untuk menyimak.
- Dibatasi: pembicara harus membatasi masalah yang disampaikan agar tidak terlalu panjang.
- Mengandung humor: pembicara sebaiknya menyisipkan hal-hal yang bersifat menghibur.
Tujuan Pidato
Mengacu pada digilib.unila.ac.id, pidato mempunyai empat tujuan, yaitu:
- Menyampaikan informasi maupun memberikan laporan atau pengetahuan yang menarik untuk audiens.
- Meyakinkan dan mempengaruhi sikap pendengar dengan usaha untuk mendorong dan mengajak melakukan sesuatu.
- Menghibur atau menyenangkan audiens.
- Menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
Jenis Pidato
Berdasarkan metode penyampaiannya, pidato dibagi menjadi empat jenis, meliputi:
1. Metode Impromptu
Metode impromptu adalah pidato yang dilakukan tanpa persiapan khusus. Pada beberapa kesempatan, pembicaraan impromptu tidak dapat dihindari, seperti audiens yang ditunjuk untuk memberikan pidato dalam sebuah acara.
2. Metode Manuskrip (Naskah)
Dalam metode manuskrip, pembicara membacakan pidato bagi khalayak ramai. Dengan metode naskah, orator bisa menghindari kesalahan kata-kata yang bersifat sensitif, sehingga menyulut kemarahan, permusuhan, dan lain-lain. Pidato dengan naskah biasanya dilakukan oleh pemimpin politik.
3. Metode Menghafal
Metode menghafal digunakan ketika membahas isu-isu politik yang sensitif atau ketika waktunya sangat terbatas. Pembicaranya diharuskan memiliki memori yang baik agar kata demi kata bisa disimpan dalam ingatan. Pembicara biasanya juga memperagakan pidato dengan gerakan, mimik, atau intonasi yang sesuai.
4. Metode Ekstemporan
Penyampaian ekstemporan menuntut persiapan yang menyeluruh, mengingat pokok-pokok bahasan, hingga urutan-urutannya. Namun, tidak ada keterikatan yang kaku dalam pemilihan kata-katanya. Pidato dengan metode ekstemporan baik digunakan dalam pembicaraan di muka umum.
Cara Menyusun Pidato
Adapun langkah-langkah dalam menyusun pidato sebagai berikut:
Menentukan Tujuan
Seorang orator harus menentukan tujuan pidatonya terlebih dahulu. Dengan tujuan yang pasti, seseorang bisa melanjutkan ke tahap-tahan berikutnya, mulai dari menyusun naskah yang baik hingga proses penyampaian yang tepat.
Menganalisis Pendengar
Seorang pembicara harus mengetahui sasaran dari pidato, mulai dari status sosial ekonomi, usia, tingkat pendidikan, hingga kebiasaannya. Dengan perbedaan karakteristik audiens tersebut, orator bisa memprediksi respons yang akan didapatkan setelah pidato, seperti penerimaan atau bahkan ancaman.
Memilih Pokok Bahasan
Pembicara perlu membatasi topik yang akan disampaikan. Pembatasan tersebut agar tidak melebar dan juga memanfaatkan waktu secara efisien serta efektif. Pokok bahasan dalam pidato bisa berasal dari sumber-sumber literatur tertulis maupun hasil observasi langsung dengan cara wawancara.
Membuat Kerangka
Setelah menyiapkan pokok bahasan, pembicara dapat menyusun kerangka pidato. Kerangka pidato pada umumnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Namun, orator dapat membuat kerangka pidato sendiri dengan mempertimbangkan karakteristik target audiens hingga waktu yang diberikan.
Menyusun Naskah Pidato
Setelah kerangka dibuat, pembicara dapat menulis teks pidato secara sistematis. Apabila pidato dilakukan dengan tujuan persuasif atau mengajak, maka perlu ditambahkan dorongan yang dapat membuat pendengar mau melakukan sesuatu. Sementara pidato yang bersifat menghibur, isinya harus lebih fleksibel.
Berlatih dengan Suara Nyaring
Setelah naskah pidato berhasil disusun, orator juga disarankan berlatih untuk meminimalisir kesalahan. Gunakan suara yang nyaring, tempo dan intonasi yang tepat, serta memahami kapan harus bersuara dengan nada lembut atau sedikit keras.
Contoh Pidato
Berikut salah satu contoh pidato yang berjudul “Kesehatan Mental: Investasi Terbaik untuk Diri-sendiri”:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang terhormat Bapak/Ibu guru, serta teman-teman sekalian yang saya cintai. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat yang tak terhingga, sehingga kita dapat berkumpul pada kesempatan yang baik ini.
Kesehatan mental, sebuah topik yang seringkali dianggap tabu dan kurang mendapat perhatian serius. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kesehatan mental yang baik memungkinkan kita untuk menjalani hidup dengan lebih bahagia, produktif, dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Sama seperti kita menjaga tubuh agar tetap sehat dengan berolahraga dan makan makanan bergizi, kesehatan mental juga perlu dirawat.
Dengan memiliki kesehatan mental yang baik, kita akan lebih mudah menjalin hubungan sosial yang positif, meningkatkan kualitas hidup, dan mencapai potensi diri secara maksimal. Oleh karena itu, mari kita mulai peduli terhadap kesehatan mental kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Caranya? Dengan cara yang sederhana, seperti mencukupi waktu istirahat, melakukan aktivitas yang menyenangkan, berbagi cerita dengan orang terdekat, atau bahkan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Pilihan editor: 10 Contoh Penutup Pidato Beserta Struktur dan Tips Membuatnya