Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Pada peringatan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari lalu, pemerintah mengangkat tema tentang stunting dan obesitas.
Pemerintah mulai merencanakan pemberdayaan anak stunting dan obesitas di daerah-daerah terpencil di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman dinkes.karanganyarkab.go.id, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yaitu tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar usianya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya itu, dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang meningkatkan risiko individu menderita obesitas, diabetes, stroke, dan jantung. Untuk mencegah hal ini, pemerintah mengarahkan untuk melakukan perbaikan gizi yang lebih diarahkan pada gizi seimbang.
Dikutip dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id, berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting sebesar 24,4%. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu 14%.
Sementara itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 target prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8% dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target ini tetap sama pada 2024. Target ini menjadi salah satu upaya untuk mempertahankan obesitas tidak naik.
“Dampak masalah gizi stunting dan obesitas berdampak jangka pendek dan jangka panjang karena kedua masalah gizi ini menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus,” kata Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dr.Dhian Probhoyekti, SKM, MA dalam konferensi Hari Gizi Nasional ke-62 secara virtual pada 18 Januari lalu.
Untuk mengurangi jumlah stunting dan obesitas, Kementerian Kesehatan kemudian melakukan enam intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang, yaitu:
- Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
- Promosi dan konseling menyusuiPemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
- Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A
- Penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan
- Tatalaksana gizi buruk.
“Intervensi spesifik akan diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi yang dilaksanakan di Puskesmas dan Posyandu,” sebut dr. Dhian ihwal mengatasi stunting.
WINDA OKTAVIA
Baca juga : Sejarah di Balik Hari Gizi Nasional pada Hari Ini 62 Tahun Silam