Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Data Riskesdas tahun 2018 mengungkapkan bahwa sebanyak 63 juta orang atau sebesar 34,1 persen penduduk Tanah Air menderita hipertensi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berbicara tentang penyebabnya, dokter spesialis saraf Amanda Tiksnadi mengatakan bahwa hipertensi banyak dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat. “Contohnya kurang aktivitas fisik atau olahraga, terlalu tinggi mengkonsumsi garam, hingga merokok,” katanya dalam acara Media Gathering di Jakarta pada Kamis, 20 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski demikian, tak menutup kemungkinan jika orang dengan gaya hidup baik dan sehat bisa menderita hipertensi. Amanda menjelaskan bahwa faktor pertamanya adalah keturunan. Orang tua yang memiliki hipertensi akan menciptakan buah hati dengan struktur pembuluh darah yang sudah keras.
Anatomi dan metabolisme tubuh juga berubah dan tidak selayaknya orang pada umumnya. Tak heran, ini meningkatkan risiko orang dengan riwayat hipertensi untuk mengalami penyakit serupa. “Berdasarkan pengalaman saya, lebih dari 50 persen orang hipertensi itu hidup sehat tapi ternyata faktor keturunan itu,” katanya.
Selain itu, Amanda juga menyebut usia sebagai faktor lainnya. Panitia 14th Scientific Meeting InaSH tersebut menjelaskan bahwa semakin bertambahnya usia, risiko hipertensi juga tinggi meski menjalani hidup sehat. Sebab pembuluh darah telah digunakan selama puluhan tahun untuk melebar dan mengecil sesuai kebutuhan.
Dengan bertambahnya usia, elastisitas atau kelenturan pembuluh darah pun menjadi kendor. Hal tersebut lah yang membuat hipertensi sangat rentan dialami oleh orang-orang lanjut usia. “Pada pria, hipertensi umumnya terjadi pada usia 45 dan pada wanita sekitar 65 tahun,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA