Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Supaya Mahir Meniti Karier

Dino Martin menjabat Direktur Karir.com. Dia langsung merombak situs pencari kerja pertama di Indonesia itu.

9 Juli 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Supaya Mahir Meniti Karier

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suara Dino Martin lamat-lamat terdengar saat Tempo melangkah masuk ke kantor di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu tiga hari lalu. Direktur pelaksana Karir.com itu mengumumkan pencapaian perusahaan, berikut bonus Lebaran. Sejurus kemudian, sorak gembira dari kerumunan karyawan itu bergemuruh.

Beroperasi sejak 1999, Karir.com merupakan situs pencari kerja pertama di Indonesia. Mereka memiliki mitra 3 juta perusahaan dan menjaring 1,5 juta data pencari kerja. Namun, beberapa tahun belakangan, pamor situs lokal ini meredup dan kalah dibanding pesaing mereka yang datang dari Malaysia dan Denmark.

Dino, 44 tahun, menjabat CEO Karir.com sejak 1 Desember lalu. Hal pertama yang dia geber adalah rebranding situs itu, dari pencari kerja menjadi pengembangan sumber daya manusia. "Yang dibutuhkan sekarang bukan cuma pekerjaan, tapi karier yang bagus," ujar mantan Vice President Sales and Marketing BMW Indonesia ini. "Kami berupaya menggandeng mereka, dari mencari kerja sampai jadi presiden direktur."

Jadi, cara kerja Karir.com pun berkembang. Bukan sekadar memfasilitasi pertemuan pencari kerja dan perusahaan, tapi sebagai pencari talenta yang dapat memberikan kontribusi besar bagi kemajuan perusahaan. "Otomatis akan memajukan perekonomian bangsa juga," kata Dino.

Untuk menyukseskan upaya meraih citra baru tersebut, Dino merombak total tampilan Karir.com, termasuk menanggalkan merah yang jadi warna yang melekat dengan situs itu sejak awal berdiri.

Dino memasukkan dua program baru di Karir.com, yaitu parameter minat dan bakat, serta prediksi kemampuan bahasa inggris. Dia menggandeng lembaga psikologi terapan Universitas Atma Jaya dan English First untuk fitur anyar tersebut.

Dino, mantan jurnalis majalah Hai, juga membuat pelatihan bagi staf sumber daya manusia, untuk memastikan regenerasi di perusahaan kliennya bergulir mulus. Sebab, dia melihat banyak struktur karyawan di berbagai perusahaan di Indonesia yang tidak sehat. "Seharusnya seperti piramida, tidak menggelembung di tengah," kata Dino.*CHETA NILAWATY


Dino Martin

Lahir: Jayapura, 27 Desember 1973

Pendidikan:
-Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
-Magister Manajemen and Master of Business Administration, Swiss German University, Serpong
-Magister of Business Administration, University of Applied Sciences Konstanz, Jerman

Karier:
-Marketing Manager L'Oreal
-Vice President Sales and Marketing BMW Indonesia
-Vice President Marketing and Business Development AORA TV
-CEO Karir Komunika Pratama


Membuka Jalan untuk Generasi Z

Beberapa bulan ke depan, dunia karier akan disesaki oleh generasi baru. Mereka disebut Generasi Z. Dino Martin, Direktur Operasional Karir.com, mengatakan Generasi Z memiliki karakteristik unik. Meski lahir dari orang tua yang berasal dari Gen X, mereka tumbuh dan banyak dipengaruhi oleh Gen Y, yang lahir setelah 1995," katanya.

Pembabakan generasi itu dimulai dari Generasi X yang lahir antara pertengahan 1960-an dan 1970-an. Saat ini, kita berada di era Generasi Y, yang lahir mulai 1981 sampai pertengahan 1990-an. Ciri-ciri Generasi Y, juga disebut Generasi Milenium, adalah melek teknologi.

Sama seperti Generasi Y, Generasi Z juga akrab dengan teknologi. "Namun mereka memiliki kesadaran privasi yang lebih tinggi," ujar Dino. Dampaknya, dia melanjutkan, mereka tidak suka mengenakan pakaian seragam.

Generasi Z dididik menjadi orang-orang yang kritis terhadap politik dan kemanusiaan. "Mereka ingin apa yang mereka lakukan berdampak pada dunia," katanya.

Perbedaan-perbedaan antar generasi seperti itu, Dino melanjutkan, harus dipahami perusahaan. Misalnya, jangan harap Generasi Z bisa duduk anteng seperti karyawan tua di sudut kantor kita yang kariernya mandek. "Mereka sangat peduli pada kenaikan jenjang," ujarnya. "Sehingga bagian sumber daya manusia harus mengakomodasi kebutuhan itu." *HADRIANI PUDJIARTI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus