Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi ultrasonografi saat ini mulai digunakan secara maksimal untuk perawatan kecantikan. Dalam perawatan kecantikan, teknologi ultrasonografi digunakan untuk perawatan non-bedah yang dapat mengencangkan kulit kendur di bagian wajah –terutama alis, leher, dan bawah dagu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, teknologi ultrasonografi dapat pula digunakan oleh dokter untuk memperbaiki garis halus dan kerutan di daerah sekitar bawah leher (décolletage). “Teknologi ini memungkinkan para dokter kecantikan dapat langsung melihat lapisan kulit pada saat perawatan berlangsung untuk memastikan agar energi ultrasound tersebut dialirkan ke bagian kulit yang tepat,” kata dokter ahli kecantikan sekaligus Presiden Direktur klinik kecantikan Miracle Group, Lanny Juniarti.
Tak hanya di Indonesia, perawatan anti penuaan ini juga diminati di Amerika Serikat. Menurut ahli dermatologist New York Dendy Engelman, para dokter kecantikan saat ini sudah mulai mengalihkan perhatian mereka ke daerah yang kerap diabaikan. “Perawatan leher dan dada yang menunjukkan tanda penuaan akibat sinar matahari dan photo-aging juga penting,” kata dia.
Umumnya, permasalahan penuaan yang dikeluhkan adalah munculnya kulit yang memgendur dan garis tebal dari otot platysma yang berjalan dari dagu ke klavikula sehingga membentuk ‘leher kalkun’. Perawatan non-bedah dengan menggunakan teknologi ultrasonografi yang kerap digunakan dokter kecantikan, Ultratherapy, menurut dia, bekerja efektif untuk mengatasi permasalahan kulit kendur ringan.
Terapi ini dilakukan dengan melukai jaringan di sekitar otot, tanpa bedah, untuk memicu respons penyembuhan. Respons inilah yang nantinya menciptakan produksi kolagen dalam jumlah besar sehingga dapat mengencangkan kulit secara bertahap. Karena teknik ini dilakukan dengan melukai jaringan, menurut Lanny, konsumen mesti hati-hati dalam mengambil keputusan menggunakan terapi model ini.
Artikel terkait lainnya: Perawatan Kecantikan Orang Berduit Sekali Datang Habis Rp 50 Juta
Dokter kecantikan sekaligus pendiri Jakarta Aesthetic Clinic Olivia Ong mengatakan risiko akibat penggunaan teknologi palsu tidak main-main. Selain minim hasil, terapi ultratherapy dengan teknologi palsu dapat menyebabkan luka bakar pada kulit yang seharusnya dirawat. “Karena energi ultrasonografi yang dikirimkan tidak mencapai tingkat dan kedalaman lapisan kulit yang tepat dan konsisten,” kata dia.
Energi ultrasonografi yang dikirimkan terlalu intens dan terlalu dekat ke permukaan kulit, misalnya, dapat menyebabkan luka bakar di area tersebut. Sebaliknya, jika energi yang ‘ditembakkan’ tidak presisi, menyebar, atau terlalu rendah, tidak akan memberikan hasil yang maksimal untuk mengurangi permasalahan pada kulit. “Bahkan tidak ada hasil sama sekali,” kata dia.