Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilih saus tomat atau buah tomat segar? Anda tak salah bila memilih tomat segar. Menurut riset terbaru, tomat segar sanggup menghambat penggumpalan darah. Dengan demikian, tomat berpotensi mencegah serangan jantung atau stroke, dua jenis penyakit gawat yang berisiko mengundang kematian.
Penelitian tentang tomat ini digelar tim dari Rowett Research Institute di Aberdeen, Skotlandia. Melalui tes pada grup kecil sukarelawan, tim Rowett membuktikan, antioksidan dalam tomat segar berfungsi sebagai anti-platelet yang mampu menghambat penggumpalan darah sampai 72 persen. Sebetulnya, senyawa anti-platelet juga terdapat dalam buah stroberi, melon, dan jeruk. Namun, seperti dilaporkan Reuters Health dua pekan lalu, tomat segar mengandung senyawa anti-platelet yang terbaik dan tanpa efek samping.
Tim Rowett juga menyimpulkan, bagian tomat yang paling kaya antioksidan adalah cairan jelly berwarna kuning yang ada di sekitar biji tomat. Itu sebabnya jelly tomatdisebut "faktor tomat"bisa dikembangkan sebagai alternatif pengganti aspirin yang selama ini digunakan dan efektif sebagai obat antipenggumpalan darah, tapi punya dampak samping berupa gangguan perut.
Vitamin E dan Diabetes
Tak ada salahnya pasien diabetes tipe II (yang tak tergantung pada insulin tapi terpicu oleh diet makanan tak seimbang) melirik vitamin E dosis tinggi. Menurut riset terbaru, vitamin E sanggup menekan aktivitas peradangan inflamasi pembuluh darah yang banyak dialami penderita diabetes. Peradangan pada dinding arteri inilah yang menyulut risiko gangguan sistem pembuluh darah, termasuk stroke dan serangan jantung.
Adalah Ishwarlal Jialal dan Sridevi Devaraj, keduanya periset dari Universitas Texas of Southwestern, Amerika Serikat, yang meneliti khasiat vitamin E. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation edisi terbaru ini melibatkan 75 responden yang terbagi menjadi tiga kelompok: 25 orang sehat, 25 penderita diabetes, 25 pasien diabetes dengan gangguan sistem vaskuler.
Setiap hari selama tiga bulan, responden diberi suplemen alpha-tocopherol, salah satu jenis vitamin E, berdosis 1.200 IU (international unit). Kemudian, dilakukan analisis sampel darah responden selama tiga kalisebelum percobaan, sesudah tiga bulan pemberian suplemen, dan dua bulan setelah pasokan suplemen berhenti. Hasil akhirnya, darah ketiga kelompok responden menunjukkan kondisi yang serupa. Artinya, aktivitas peradangan pembuluh darah pada penderita diabetes turun sampai menyamai kelompok responden yang sehat. "Ini penemuan yang dramatis," kata Jialal seperti dikutip CBS Health Watch, dua pekan lalu.
Hanya, Eva Lonn, ahli jantung dari Universitas McMaster, Kanada, mengingatkan bahwa vitamin E 1.200 IU adalah dosis yang tinggi. Karena itu, dosis sebesar itu tak mungkin didapat dari konsumsi nutrisi sehari-hari. Bila tetap nekat mengonsumsi kacang-kacangan dan kecambahsumber vitamin Edalam jumlah ekstrabesar, boleh jadi kadar gula darah justru meningkat dan membahayakan penderita diabetes.
Antibiotik dan Keterbelakangan Mental
Para ibu hamil memang tak bisa sembarang menelan obatobatan, termasuk antibiotik. Salah satu jenis antibiotik, yakni yang ditujukan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, ternyata berisiko menyebabkan kelahiran bayi yang menderita
keterbelakangan mental.
Kesimpulan tersebut muncul dari riset Universitas South Carolina, Columbia, Amerika Serikat. Tim periset ini, seperti dilaporkan Reuters Health dua pekan lalu, mendapat ilham penelitian dari gelapnya sebab-musabab lahirnya 50 persen kasus bayi dengan keterbelakangan mental di AS.
Kemudian, tim periset meneliti riwayat medis 41 ribu perempuan hamil yang sebagian di antaranya terkena infeksi saluran kemih. Lantas, tim ini juga mengikuti perkembangan status kesehatan anak yang lahir, sampai berusia tiga tahun. Ternyata, ibu penderita infeksi saluran kemih yang mengonsumsi antibiotik berisiko 31 persen lebih tinggi melahirkan bayi dengan mental terbelakang. "Terbukti ada kaitan antara antibiotik yang diminum ibu dan keterbelakangan mental si anak," demikian ditulis tim periset dalam jurnal Obstetrics and Gynecology edisi bulan ini. Namun, tim periset belum mengetahui persis bagaimana proses antibiotik mempengaruhi pembentukan otak janin. Karena itu, para periset menganjurkan perlunya penelitian lebih mendalam tentang bakteri yang memicu infeksi saluran kemih, antibiotik, dan proses pembentukan otak janin yang berlangsung pada 8-16 minggu pertama kehamilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo