Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

30 Januari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gemuk dan Obesitas

Istilah ''gemuk" sering disamakan dengan ''obese". Padahal, keduanya punya arti berbeda. Yang pertama mengacu pada kelebihan berat badan di atas angka normal. Sedangkan obese berarti penimbunan lemak sampai tahap yang membahayakan kesehatan tubuh. Batas riil bagi kedua istilah ini memang sering rancu. Setiap negara dan setiap budaya punya kriteria sendiri. Yang disebut ''normal" di suatu daerah bisa tergolong ''gendut" di wilayah lain.

Nah, untuk menghilangkan bias budaya, beberapa organisasi kesehatan meluncurkan metode BMI (body mass index), yang sering disebut QI (quetelet's index). Cara menghitungnya, berat badan (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter persegi). Tentu saja, patokan BMI berbeda untuk tiap kelompok umur dan jenis kelamin. Asosiasi Studi Obesitas Amerika Utara (NAASO), misalnya, mematok obesitas lebih tinggi dari 27,3 kilogram per meter persegi (untuk perempuan) dan 27,8 kilogram per meter persegi (untuk laki-laki). Untuk beberapa kondisi, misalnya anak-anak yang sedang tumbuh, wanita hamil, dan orang yang sangat aktif (seperti atlet), metode ini tidak berlaku.

Inilah pengelompokan BMI secara umum

KategoriBMI
KurusDi bawah 20
Normal20,0-24,9
Gemuk25,0-29,9
Obese30,0-39,9
Obese parah 40 dan di atasnya

Apa yang mesti dilakukan setelah BMI diketahui? Jika BMI di bawah 20, Anda perlu menggenjot berat badan. Imbangi dengan olah raga dan pilih menu sehat agar tidak kebablasan. Untuk yang ber-BMI 25-29,9, tetap jaga diet, olah raga, dan cara hidup sehat. Bagi Anda yang punya BMI 30-39,9, sebaiknya kurangi berat badan 5-10 kilogram dengan diet rendah kalori. Sedangkan bagi yang BMI-nya di atas 40, Anda disarankan menjalani bedah pengikisan lemak untuk menyusutkan 20-30 persen berat badan.


Kebotakan dan Serangan Jantung

Para lelaki botak, harap berhati-hati. Ternyata, laki-laki botak—atau mengalami kerontokan rambut di bagian depan kepala—lebih berisiko terhadap serangan jantung, sakit dada, dan penyumbatan arteri. Risiko makin meningkat bila laki-laki botak itu punya tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol yang juga tinggi. ''Kebotakan adalah indikasi yang gampang dilihat untuk sakit jantung," begitu kesimpulan Joann Manson, dokter peneliti di Brigham and Women Hospital, Boston, Amerika Serikat.

Riset Manson menggunakan data Physician's Health Study yang terkumpul selama sebelas tahun. Pengujian data meliputi catatan kesehatan 22.071 dokter laki-laki yang berusia 40 ke atas. Manson mendapatkan kesimpulan menarik tentang hubungan kebotakan dengan tingkat risiko serangan jantung, antara lain: botak di bagian depan berisiko 9 persen, botak ringan di bagian tengah punya risiko 23 persen, dan botak agak berat di bagian tengah berisiko 32 persen.

Kaitan yang ditemukan, pria botak umumnya memiliki kadar hormon androgen (hormon laki-laki) yang tinggi. Menurut Manson, hormon androgen inilah yang mungkin turut ''berjasa" meningkatkan risiko aterosklerosis (penyumbatan pembuluh arteri), hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi. Untuk itu, sebaiknya para pria botak segera memeriksakan kondisi tubuhnya dengan seksama. Terutama, ''Usahakan tekanan darah dan kadar kolesterol selalu normal," kata Manson.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum