Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Si Lemah Jantung Bisa Berolahraga
Anak-anak yang lahir dengan cacat jantung biasanya tidak boleh berolahraga. Ternyata larangan ini salah. Sebuah penelitian di Amerika Serikat terbaru membuktikan sebaliknya: olahraga justru baik untuk mereka. Kegiatan fisik bisa mengembangkan fungsi jantungnya.
”Secara umum, olahraga aman dan dapat dilakukan oleh bocah-bocah yang mengalami cacat jantung bawaan,” kata Jonathan Rhodes, ahli jantung di Children’s Hospital, Boston, yang memimpin penelitian.
Studi melibatkan 16 anak berusia 8 hingga 17 tahun. Mereka menjalani program olahraga selama tiga bulan. Latihan itu dilakukan dua kali seminggu, diisi dengan peregangan dan aerobik. Mereka juga melakukan olahraga ringan, meliputi dansa, senam, kick boxing, lompat tali, balapan, dan permainan.
Di antara anak yang mengikuti program itu, ada yang pernah menjalani operasi jantung dan ada yang tidak. Sebelas dari 16 anak yang ada hanya memiliki satu bilik jantung yang berfungsi memompa darah.
Ketika program selesai, sebanyak 15 anak mengalami kemajuan yang berarti. Jantungnya mampu memompa lebih banyak darah di setiap detak jantung dan mengantarkan lebih banyak oksigen. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal American Academy of Pediatrics.
Bahaya Menggendong Beban
Jangan biarkan anak Anda membawa tas dengan beban berat pada punggungnya. Sebab, bisa mengganggu kenyamanan dan menimbulkan penyakit pada bahu. Itulah temuan para peneliti di Universitas California, Amerika Serikat, yang dipublikasikan baru-baru ini.
Mereka melakukan penelitian terhadap lima anak perempuan dan lima anak laki-laki berusia sekitar 13 tahun. Tali bahu tas pada anak-anak itu dipasangi sensor penekan. Mereka diminta membawa beban pada punggungnya. Pertama, mereka membawa beban dengan bobot 10 persen dari berat badannya. Lalu beban ditingkatkan menjadi 20 persen, dan terakhir 30 persen.
Ternyata, setiap kenaikan berat beban menimbulkan sakit bahu pada anak. Tekanan di permukaan bahu lebih tinggi daripada ambang batas tekanan darah (30 mmHg). Ini bisa merusak kulit normal dan aliran darah otot.
Penelitian yang dimuat dalam Archives of Pediatric and Adolescent Medicine menemukan, ketika tas punggung anak memiliki bobot 20 persen dari berat tubuhnya, ukuran tekanan menjadi 70 mmHg di bahu kiri dan 110 mmHg di bahu kanan. Ini berarti dua kali dan tiga kali lebih tinggi dari ambang batas. Tekanan tali yang lebih besar pada sisi kanan daripada kiri juga bisa mempengaruhi postur tubuh.
Gita Murthy, salah satu peneliti, mengemukakan bahwa beban punggung yang bisa menimbulkan sakit bukanlah hal baru bagi orang tua. Tapi, bagaimanapun, data obyektif tentang dampaknya bagi anak-anak itu baru dan penting. Dia berharap ada perubahan dalam cara anak membawa beban.
Manfaat Kopi dan Teh
Minum kopi atau teh lebih dari dua gelas sehari ternyata bisa membantu mengurangi risiko penyakit liver kronis. Kabar baik ini amat berguna bagi orang yang berisiko tinggi terkena penyakit itu seperti peminum berat, orang yang kelebihan berat badan, penderita diabetes, atau mereka yang kelebihan zat besi.
Itulah hasil temuan para peneliti dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease, Amerika Serikat. Bekerja sama dengan Social and Scientific Systems, Inc., mereka menganalisis data 10 ribu orang yang mengkonsumsi kopi dan teh, selama 19 tahun.
Hasil penelitian itu dimuat dalam jurnal Gastroenterology baru-baru ini. Umumnya, orang yang minum lebih dari dua gelas kopi atau teh sehari memiliki kesehatan lebih baik. Sakit liver mereka tidak menjadi lebih buruk.
Dr Constance E. Ruhl, salah seorang peneliti, menduga hal ini karena kafein, yang mampu memberikan semacam proteksi bagi penderita liver.
Reuters, HealthDay News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo