Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Tips Kesehatan

16 Mei 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hindari Makan Salmon Ternakan

Mengkonsumsi ikan memang baik untuk kesehatan. Apalagi ikan berminyak seperti salmon. Ikan yang banyak hidup di kawasan Amerika Utara ini diketahui mengandung asam lemak Omega 3 yang berkhasiat mencegah penyakit jantung.

Maka, sungguh mengagetkan ketika sebuah penelitian terbaru justru menganjurkan orang menghindari salmon. Padahal, salmon yang perlu dihindari itu dari jenis yang diternakkan. Soalnya, salmon ternakan mengandung banyak sekali dioksin alias bahan kimia beracun. Pekan lalu, penelitian itu dimuat dalam sebuah jurnal kesehatan lingkungan.

Tim peneliti yang berasal dari Pusat Ilmu Lingkungan dan Kebijakan Publik Midwest, Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, menganalisis isi dioksin dari ikan salmon yang diternakkan dan yang hidup di alam bebas dari daerah yang berlainan. Hasilnya, mereka menemukan salmon ternakan mengandung dioksin 10 kali lebih banyak ketimbang yang hidup di alam bebas.

Menurut Dr Jefferey A. Foran, pemimpin penelitian, bertumpuknya dioksin dikarenakan salmon ternakan diberi makan sangat banyak agar cepat besar. Padahal, dalam makanan ikan itu terkandung banyak bahan kimia. Bahkan tak cuma dioksin, salmon ternakan juga mengandung polychlorinated biphenyls (PCBs), toxaphene, dan dieldrin yang semuanya tergolong bahan kimia beracun.

Jadi, kalau mau aman, kata Foran, "Konsumen sebaiknya menghindari makan salmon yang diternakkan."

Sifat Penakut Keturunan

Mungkin kita pernah bertanya, mengapa ada orang yang menyaksikan adegan kekerasan tapi seolah tak terpengaruh sama sekali. Sementara itu, ada orang lain yang hanya menonton cuplikan adegan film horor, tapi rasa takutnya terbawa hingga berhari-hari.

Semua itu ternyata bergantung pada gen seseorang yang berhubungan dengan kerja otak mereka. "Saat menghadapi suatu kejadian yang memicu ketegangan, otak punya sirkuit dengan kemampuan untuk mengendalikan tubuh dan mematikan alarm ketegangan," kata Dr Daniel R. Weinberger, peneliti utama dan Direktur Program Genes, Cognition, and Psychosis di National Institute of Mental Health.

Dalam studi terbaru, Weinberger meneliti 114 orang yang sehat untuk melihat efek dari mereka yang punya satu kopi gen pendek. Tiap manusia memiliki dua kopi gen yang diwarisi dari orang tua. Masing-masing kopi gen bisa berbentuk panjang atau pendek. Para peneliti menemukan mereka yang punya satu kopi gen pendek memiliki sirkuit yang kurang efektif di bagian otak yang mengontrol respons terhadap ketakutan.

Para peneliti menghubungkannya dengan efektivitas kerja otak untuk menghentikan ketegangan dan kecemasan. "Masalahnya bukan karena mereka ketakutan, tapi mereka tak sanggup menghentikan ketakutan itu." Mereka inilah yang cenderung punya masalah mengendalikan stres dalam hidupnya.

Variasi genetik ini bukan satu-satunya alasan seseorang bisa sangat rentan terhadap kecemasan dan depresi, kata Weinberger. Ada faktor pendukung lain, misalnya lingkungan sosial. Penemuan itu dipublikasikan dalam Journal Nature Neuroscience bulan ini.

Bahaya Perokok bagi Bayi

Kalau sayang anak, orang tua perokok sebaiknya tidur terpisah dari bayi mereka. Sebuah penelitian menunjukkan, setiap minggu ada tujuh bayi mati di tempat tidur. Penyebabnya, mereka tidur dikeloni orang tua yang perokok. Padahal, asap rokok dapat merusak sistem pernapasan bayi. Dampak lainnya, anak-anak dari orang tua perokok cenderung lebih kecil dan tidak sehat.

Penelitian itu dilakukan Yayasan Penelitian Kematian Bayi Inggris dan dipublikasikan awal bulan ini. Hasil penelitian dengan responden 428 orang tua ini menunjukkan sepertiganya atau 34 persen orang tua perokok tidur di ranjang yang sama dengan bayi mereka.

Sebanyak 95 persen responden sebetulnya mengetahui bahwa tidak aman tidur seranjang dengan bayi bila mereka merokok di tempat tidur. Sedangkan 22 persen responden mengatakan, tidur dengan bayi aman-aman saja sepanjang mereka tidak merokok di tempat tidur.

Padahal, risiko kematian pada bayi tetap tinggi kendati orang tua tak merokok di tempat tidur. Karena itu, disarankan agar bayi di bawah 6 bulan sebaiknya ditempatkan di boks khusus.

"Untuk meminimalkan risiko kematian, jangan biarkan orang tua merokok di ruang bayi dan jangan tidur seranjang dengan bayi jika Anda atau pasangan Anda merokok," kata Joyce Epstein, sang Ketua Yayasan.

(Healthday, Reuters, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus