Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wastra atau kain tradisional adalah peninggalan turun temurun leluhur yang menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia. Umumnya, masyarakat Indonesia hanya mengenal batik sebagai salah satu wastra yang diakui PBB sebagai warisan tak benda Indonesia.
Selain batik, sebenarnya ada empat wastra lainnya yang terdiri dari jumputan, tenun, songket, dan kain sulam. Masing-masing kain ini berciri khas yang dapat dibedakan dari simbol, warna, ukuran hingga material yang digunakan.
- Jumputan
Dikutip dari publikasi Pelatihan Pembuatan Batik Jumput dari jurnal.unipasby.ac.id, batik jumputan adalah batik yang dikerjakan dengan cara ikat celup. Cara ikat celup yang dimaksud adalah dengan mengikat dengan tali kemudian dicelup dengan warna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kata “jumputan" berasal dari bahasa Jawa menjumput. Menjumput berarti memungut atau mengambil dengan semua ujung jari tangan. Penggunaan teknik celup ikat ini dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Batik jumputan juga sering juga disebut dengan batik ikat celup karena proses pembuatannya dengan mengikat dan mencelupkan kain ke dalam pewarna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pembuatan jumputan, kain yang digunakan pada batik jumput adalah kain mori, bahan yang lazim digunakan dalam pembatikan. Kain mori dapat dipilih sesuai kebutuhan yang dikehendaki dari mulai golongan mori yang paling halus sampai yang berkuali rendah. Selain kain mori, dalam pembuatan jumputan juga dapat menggunakan kain katun dan sutera karena memudahkan proses pengikatan dan pencelupan.
- Songket
Merujuk pada publikasi Kain Songket dari digilib.unimed.ac.id, songket merupakan karya seni kerajinan tangan masyarakat Melayu dengan cara ditenun menggunakan alat-alat tradisional. Dalam bahasa Melayu, songket disebut dengan “kait” atau “mengait”. Yang dapat diartikan sebagai menyulam. Menurut KBBI, songket merupakan kain tenun yang bersulam benang emas, dan menyongket adalah menyulam dengan benang emas atau perak.
Songket merupakan salah satu pilihan utama dalam pakaian di acara-acara besar seperti pesta pernikahan dan acara resmi. Kain ini kerap dikenakan dengan kebaya.
- Tenun
Tenun adalah hasil kerajinan yang berupa bahan kain yang dibuat dari benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin. Dilansir dari jurnal Klasifikasi Kain Tenun Berdasarkan Tekstur dan Warna dengan Metode K-NN oleh journal.untar.ac.id, setiap kain tenun yang dibuat biasanya berdasarkan kebudayaan, adat istiadat, kebiasaan budaya dan kehidupan sehari-hari daerah masing-masing.
Berdasarkan jenisnya, kain tenun dapat terbagi menjadi 4, yakni tenun sederhana, tenun ikat lungsin, tenun ikat songket, dan tenun ikat pakan. Tenun sederhana banyak dijumpai di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara, juga Tapanuli.
Tenun ikat lungsin banyak dijumpai di daerah NTB, NTT, Maluku, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Papua Barat. Tenun ikat pakan banyak dijumpai dari daerah Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah. Tenun songket banyak terdapat di daerah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Banten, Maluku Utara.
Pengerajin kain tenun tradisional tengah memperagakan pembuatan kain ulos di Kafe Brew and Brother, Tarutung, Tapanuli utara, Selasa, 26 Oktober 2021. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Perayaan Hari Ulos Nasional. Dok Unesco
- Kain Sulam
Mengutip publikasi Sulam Motif Flora dan Fauna Ditinjau dari Warna dan Komposisi dari jurnal.unimed.ac.id, pengertian kain sulam dapat disamakan dengan brodir, suji, dan tekat, yakni hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain.
Berbagai sumber menunjukkan, kain sulam banyak diproduksi di Gorontalo yang disebut dengan karawo, sulam jelujur dari Lampung, hingga kain sulam dari Nusa Tenggara
Situs sumbarprov.go.id menyatakan Kota Bukittinggi adalah penghasil kain sulam karancang yang banyak digunakan pada mukena, jilbab, baju kurung, dan baju koko. Sulaman Kerancang sangat halus dengan lubang lubang yang terbentuk dari jalinan benang bordir. Lubang-lubang inilah yang disebut dengan kerancang.
Seorang pembordir harus memperhitungkan kekuatan tarikan benang ke kain..Jika tarikan benang terlalu kuat, kain di sekitar kerancang akan mengkerut. Sebaliknya, bila tarikan benang kurang kuat, jalinan kerancang akan tidak “padat” dan “rapat”, serta mudah putus.
MUHAMMAD SYAIFULLOH