Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Wisata Gastronomi, Wisata Dengan Kuliner dan Filosofinya

Menengok mulainya perkembangan wisata gastronomi atau wisata kuliner di Indonesia

21 Juli 2024 | 12.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gabriel Fratini merupakan salah satu chef asal Italia yang baru-baru ini ikut mengembangkan wisata gastronomi di Indonesia atau lebih tepatnya di kawasan Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. Ia mengatakan akan memberikan pengalaman baru bagi wisatawan dengan makanan yang disajikannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Restoran di Bali sudah banyak, tapi yang memberikan pengalaman dan keunikan belum banyak. Saya ingin menjadi bagian itu, tidak ada menu dan membuat kejutan," kata Gabriel Fratini 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Resto yang dimiliki oleh Gabriel Fratini bernama Gab’s Gastrobar yang menyajikan makanannya dengan gaya omakase. Gaya atau konsep omakase adalah konsep menyajikan makanan ala Jepang dimana chef akan meracik dan menyajikan makanan nya secara langsung di hadapan konsumen.

Selain itu, keunikan lain dari restoran gastronomi tersebut adalah tidak memiliki menu yang pasti setiap harinya. Konsumen yang berkunjung akan disajikan hidangan berdasarkan bahan-bahan fresh yang chef temukan di pasar. Maka dari itu, makanan yang disajikan akan selalu dalam kondisi segar.

Sebelum adanya gebrakan baru wisata gastronomi di kawasan Canggu, Ubud, Bali juga sudah resmi mendapatkan predikat wisata gastronomi kelas dunia oleh Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau UNWTO. Kawasan wisata gastronomi tersebut merupakan kawasan pertama yang ada di Indonesia.

“Gastronimi Ubud memiliki aset yang kuat untuk menjadi destinasi pariwisata gastronimi premium,” ujar perwakilan UNWTO Patricia Carmona.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi mengatakan Wisata Gastronomi sangatlah tepat untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan setiap makanan khas di Indonesia memiliki cerita yang menarik dan mampu menggaet para wisatawan untuk mempelajarinya lebih dalam.

Dilansir dari kemenparekraf.go.id, wisata gastronomi bukan hanya sekadar wisata kuliner biasa yang menikmati setiap makanan yang ada di daerah tertentu. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia PBB atau UNWTO, tujuan dari wisata gastronomi adalah melakukan perjalanan ke sebuah daerah yang memiliki makanan khas. Setelah itu, para wisatawan dapat mempelajari cerita atau filosofi dari makanan tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata gastronomi merujuk pada sebuah seni untuk menyiapkan makanan yang lezat. Disamping itu juga, gastronomi dipahami sebagai sebuah ilmu yang berkaitan dengan seni, filosofi, sosial budaya, sampai dengan antropologi dari sebuah makanan.

Salah satu contoh kota yang dikenal dengan wisata gastronominya adalah Kota Salatiga, Jawa Tengah. Kuliner legendari yang dimiliki Kota Salatiga adalah tumpang Kopyor yang sudah ada sejak 1814. Tumpang Kopyor juga sudah tertulis dalam sejarah yang berada daalam naskah Serat Centhini.

Konsep gastronomi juga sudah mulai dikembangan di Indonesia dengan cara memasukan pembelajaran gastronomi di perkuliahan atau lebih tepatnya dapat ditemukan di Politeknik Pariwisata dengan program studi Seni Kuliner. Hal ini dikarenakan gastronomi juga tidak lepas dari penataan makanan agar menarik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus