Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Cianjur - Jagung tak melulu berwarna kuning. Di tangan Luki Lukmanulhakim, jagung bisa berubah warna seperti pelangi. Ada bulir jagung yang berwarna merah, unguh, hitam, dan putih. Terbayang sensasi kejutan ketika hendak mengupas jagung. Kira-kira kombinasi warna apa saja yang ada di balik kulit dan serabut jagung?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luki Lukmanulhakim, petani asal Kampung Lebak Saat, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, ini sukses membudidayakan jagung warna-warni di atas lahan seluas 3 hektare. Jagung yang dikenal dengan istilah glass gem corn rainbow itu memiliki kandungan gizi yang tinggi dan baik bagi kesehatan dibanding jagung biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya mencoba menanam jagung jenis ini karena beberapa referensi menjelaskan kandungan warna yang ada pada jagung tersebut sangat baik untuk kesehatan," kata Luki di Cianjur, Jumat 12 Juli 2019. Contoh, jagung yang bulirnya hitam baik dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Pria 45 tahun itu menuturkan, ide awal menanam jagung varian ini karena senang mengoleksi plasma nutfah dari berbagai tanaman, salah satunya dari jagung. Luki membeli benih jagung pelangi dari sebuah toko online. Saat itu, dia membeli empat kantong benih jagung berwana merah, ungu, hitam, dan putih.
Luki Lukmanulhakim, 45 tahun, petani asal Kampung Lebak Saat, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sukses membudidayakan jagung warna-warni atau jagung pelangi. TEMPO | Deden Abdul Aziz
"Dari empat warna itu saya coba tanam dengan cara silang campur. Hasilnya, saat panen ternyata bisa menghasikan 12 variasi warna baru, ada yang kuning corak hitam, ada yang bercorak seperti batik, bahkan ada yang di satu tongkol semua warna ada," ucapnya. Dari ukuran, jangung pelangi ini bentuknya lebih kecil dan rasanya berbeda dari jagung biasa.
Untuk harganya, jika jagung biasa di tingkat petani dijual sekitar Rp 2.000 per kilogram, maka jagung pelangi bisa mencapai Rp 9.000 per kilogram. "Apalagi kalau dijual dalam bentuk bibit atau benih, harganya Rp 500 per butir," katanya.
Tak ada perlakuan khusus saat menanam dan memelihara jagung pelangi. "Merawat jagung pelangi lebih muda dan memiliki masa tanam yang pendek," kata Luki. Jika jagung biasa masa panennya sekitar 120 hari atau 3 sampai 4 bulan, jagung pelangi bisa panen setiap dua bulan.
Jagung pelangi dari kebun Luki Lukmanulhakim, 45 tahun, petani asal Cianjur, Jawa Barat. TEMPO | Deden Abdul Aziz
Seorang pengunjung kebun jagung pelagi Luki, Elsya tampak takjub ketika melihat ada jagung yang bulirnya berwarna-warni. Perempuan 40 tahun asal Kota Cimahi ini langsung memotret jagung pelangi dan mengunggahnya ke media sosial. "Jarang sekali saya melihat jagung seperti ini. Yang saya tahu jagung itu warna kuning, ada juga yang putih dan hitam. Tapi jagung di sini bisa berwarna-warni. Unik dan menarik," tutur Elsya.
Mengenai cita rasa jagung pelangi, Elsa mengatakan secara umum rasanya sama seperti jagung biasa. "Meski tidak serenyah dan semanis jagung kuning tentunya," kata Elsa. Jagung pelangi memiliki tekstur yang lebih pulen dan agak anyep di lidah.
Pengunjung kebun Luki, Fauzan, 30 tahun, mengatakan awalnya dia mengira kalau jagung pelangi ini mainan. "Soalnya warnanya kontras sekali, ada ungu, merah, hitam, putih, dan warna lainnya," kata Fauzan. "Ternyata ini jagung sungguhan dan bisa dimakan."
Selain dikunjungi wisatawan lokal, Luki mengatakan pernah ada turis mancanegara yang datang ke kebunnya utuk melihat dan memanen langsung jagung pelangi. "Dia antusias sekali. Bahkan setelah memetik jagung pelangi, langsung dia makan dari tongkolnya," ucap Luki.