Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kopi Dogiyai dari Papua semakin berkembang. Namanya, kini terus bersaing dengan kopi dari Gayo, Toraja, dan Bali. Master Trainer Kopi Arabika Nasional, Hanok Herison mengatakan kunci pengembangan kopi ini adalah dengan mengedukasi petani di Papua, mulai dari pembibitan sampai pasca-panen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Prosesnya tidak main-main kalau mau mendapatkan cita rasa yang bagus. Pertama, tentukan bibit kopi apa yang mau ditanam," kata Hanok bincang-bincang di Alenia Papua Coffee & Kitchen, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei 2019.
Perkebunan kopi di Kabupaten Dogiyai, Paniai, dan Deiyai, memiliki kualitas yang baik dari Papua. "Kami berharap penduduk di wilayah pegunungan menanam kopi supaya mendapatkan penghasilan dan meraih keuntungan," ucap Hanok.
Master Trainer Kopi Arabika Nasional Hanok Herison saat sesi bincang dengan empat petani dari tiga kabupaten di Papua, yaitu Dogiyai, Paniai, dan Deiyai. Sesi bincang yang bertema 'Istimewanya Kopi Papua' itu diadakan oleh Yayasan EcoNusa di Alenia Papua Coffee & Kitchen, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei 2019. TEMPO | Bram Setiawan
Seorang petani kopi Hengki Keiya mengatakan banyak ilmu yang harus dipelajari jika ingin serius menghasilkan kopi berkualitas dan memiliki daya jual tinggi. "Belajar bertani kopi bukan sekadar tahu bagaimana menanam, mengolah, melainkan sampai menentukan harga," katanya.
Petani kopi, Hengki melanjutkan, juag mesti tahu ilmu pemasaran hingga pengelolaan keuangan. "Daerah kami sudah punya potensi alam yang bagus dan subur, tinggal tanam kemudian petik," ucap dia.