Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Untuk kepentingan menjaga garis pantai agar tetap stabil dan tentunya menjaga destinasi wisata Pantai Bagek Kembar Desa Cendi Manik Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat, sebanyak 3.000 pohon mangrove jenis Rhizophora Mucronata ditanam, Sabtu 1 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mangrove atau sehari-harinya dikenal sebagai pohon bakau, populasi pohon dan semak yang ada di hutan bakau tersebut dapat melindungi tepian pantai dari terjangan ombak langsung yang dapat berpotensi menghantam dan merusak bibir pantai. Kawasan yang ditanami ini merupakan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Mangrove pertama di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kegiatan penanaman bakau tersebut dilakukan bersama oleh 200-an orang mahasiswa penerima beasiswa Bank Indonesia yang dijuluki sebagai Generasi Baru Indonesia (GenBI) bersama Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB Achris Sarwani, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantya Satyamurti Purwadi, anggota Komisi XI DPR RI Willgo Zainar dan Kelompok Masyarakat Pengelola Ekowisata Mangrove.
Sekotong adalah kawasan baru sebagai destinasi andalan di Lombok Barat. Di sana ada pulau-pulau kecil yang di Lombok disebut sebagai gili, antara lain Gili Sudak, Gili Nanggu, Gili Kedis, pantai Teluk Mekaki hingga kawasan pantai potensi selancar Bangko-Bangko yang berhadapan dengan Bali.
Menurut Achris Sarwani yang mendukung aksi tanam bakau tersebut mengatakan tanaman bakau dapat berperan penting dalam menjaga garis pantai agar tetap stabil. ''Pohon dan semak hutan mangrove dapat melindungi terjangan ombak yang merusak bibir pantai," kata Achris Sarwani.
Lokasi Dusun Bagek Kembar ini dipilih selain karena memiliki potensi menjadi destinasi wisata, dan adanya aturan desa yang mengharuskan masyarakatnya menanam 100 mangrove jika mencabut satu pohon mangrove. Sehingga ke depannya masyarakat di dusun tersebut diharapkan dapat merawat dengan baik pohon mangrove yang akan ditanam.
Baca Juga:
Willgo Zainar yang merupakan anggota Komisi XI DPR RI asal daerah pemilihan NTB, mengapresiasi langkah GenBI dalam menyelamatkan lingkungan. Kondisi hutan mangrove di Pulau Lombok saat ini sekitar 1,6 ribu hektar atau 49,7 persen yang masih dalam kondisi baik. ''Sedangkan sisanya membutuhkan penanganan yang lebih intensif karena rusak,'' ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Brahmantya Satyamurti Purwadi meresmikan Menara Pandang bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan. ''Penting menjaga lingkungan laut, dan melarang pembuangan sampah plastik di laut,'' ucapnya.
Dikatakaan bahwa melalui aksi penanaman mangrove dan bantuan menara pandang di pesisir pantai ini, diharapkan ke depannya dapat memberikan manfaat untuk menahan abrasi air laut, menyediakan laboratorium alam sebagai tempat penelitian, dan menjadikan daerah ini menjadi salah satu destinasi wisata mangrove unggulan, sehingga ujungnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Di Gili Sulat Kabupaten Lombok Timur, yang luas pulaunya sekitar 360 hektar, merupakan pulau hutan bakau yang masih alami. Berbagai species burung hidup di hutan mangrove tersebut. Yaitu antara lain burung Maleo (Macrocephalon maleo). Pulau yang tidak berpenghuni sangat ideal untuk berwisata. Untuk mendatangi pulau tersebut bisa dijangkau dengan kapal motor selama 1,5 jam dari Dusun Transad Desa Labuhan.
Secara terpisah, ahli mangrove pengajar Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Mataram Prof Agil Al Idrus menjelaskan bahwa mangrove di Gili Sulat Lombok Timur memiliki kekhasan di dunia.
Kekhasan ekosistem mangrove di Gili Sulat adalah pertama zonasi artificial, yakni: zona outzone (zona belakang) ditumbuhi oleh populasi spesies Avecennia marina. Kedua, Gili Sulat terbentuk pola kehidupan yang sangat jelas, berturut-turut dari ekositem perairan laut - ekosistem terumbu karang- ekosistem padang lamun - ekosistem mangrove- ekosistem ekotone (peralihan) - ekosistem terestrial. Ketiga, kekhasan yang lain adalah komposisi penyusun mangrove terdiri dari delapan spesies mangrove sejati. ''Ketiga hal tersebut tidak dijumpai di tempat lain,'' paparnya.
Agil Al Idrus menyebutkan hasil temuan penelitiannya terakhir bahwa fungsi mangrove lainnya adalah sebagai bioindikator pencemaran lingkungan logam berat dengan mengukur index mitos pada kromosom mangrove. ''Ini temuan saya yang belum pernah dipublikasikan ahli yang lainnya,'' ujarnya.
SUPRIYANTHO KHAFID