Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keberangkatan Maimun Zubair atau Mbah Moen ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah haji sebenarnya hendak dicegah anak-anaknya. “Tapi tidak berani matur,” kata Gus Mus atau Ahmad Mustofa Bisri, sahabat dekat Mbah Moen dalam unggahan di akun Instagramnya, @s.kakung pada Selasa sore, 6 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mbah Moen wafat pada Selasa dinihari, 6 Agustus 2019 saat hendak melaksanakan salat tahajud.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantaran tidak berani mencegah Maimun, mereka meminta santri kesayangannya, Nawawi yang juga masih keluarga agar membantu berbicara. “Mas Nawawi dengan hati-hati matur menggunakan gaya bercerita. Menceritakan obrolan putera-putera beliau,” imbuh Gus Mus.
Tapi, belum selesai menuturkan pembicaran mereka, Mbah Moen menyergahnya. “Mereka melarang aku berangkat haji ya? Karepe dewe (maunya sendiri).”
Menurut Gus Mus yang mengunggah foto dia tengah menjenguh Mbah Moen semasa hidup, sejak awal ia sudah merasa was-was. “Bukan apa-apa, soalnya belakangan setiap ketemu, beliau hampir selalu ngendiko, ‘Dongo kulo sakniki namung nyuwun husnul khatimah, Lik. Umur kulo sampun langkung 90 tahun ( doa saya sekarang ini hanya memohon husnul khatimah, Lik. Umur saya sudah lewat 90 tahun). Dan doa permohonan beliau dikabulkan oleh kekasihnya (Allah),” tutur Mustofa Bisri.
Gus Mus itu selanjutnya memberikan kesan tentang Mbah Maimun, pengasuh pondok pesantren Al-Anwar, Sarang Rembang itu. Menurut pengasuh pondok pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang ini, Mbah Moen adalah tokoh pendamai yang kini damai di sisi Zat yang Maha Damai. “Meninggalkan kita yang belum selesai dengan urusan dunia ini, dengan membawa segudang ilmu, akhlak, dan kearifan beliau,” ucapnya.