Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu suku yang ada di Papua adalah Suku Amungme. Mereka menetap di sisi selatan jajaran pegunungan yang menandai batas selatan dari dataran tinggi Papua. Kota Tembagapura dan kawasan tambang Grasberg, dengan produksi bijih emas tertinggi di dunia dan bijih tembaga terbesar ketiga dunia, terletak di tanah adat Suku Amungme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan dalam sejarah lisan, Suku Amungme berasal dari sebuah gua di Lembah Baliem. Mereka adalah bagian dari sebuah kelompok yang kemudian bermigrasi menuju barat. "Suku Amungme memberi nama puncak tertinggi atau Puncak Jaya dengan sebutan Nemangkawi Ninggok," kata Hari Suroto kepada Tempo, Sabtu 31 Oktober 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, Suku Amungme mengenal beberapa versi tentang asal usul mereka. Versi pertama adalah leluhur Suku Amungme muncul dari tanah, tempat di mana mereka selalu berada. Kegelapan menjadi satu-satunya alasan mengapa orang mau meninggalkan lubang atau gua.
Mulut gua tersebut bernama Mepingama, berada di sebelah pohon tua di dekat Wamena, Lembah Baliem. Manusia keluar dari gua dengan berbagai benih tanaman yang diperlukan untuk ditanam. Ada umbi-umbian berupa talas, pisang, dan buah merah.
Ada pula kapak batu dan alat pembuat api. Semua itu menjadi bekal untuk bertahan hidup. Saat keluar dari gua, mereka merasa kelaparan dan sebatang pohon pisang keramat menyediakan makanan pokok pertama.
Versi kedua tentang asal usul Suku Amungme adalah para leluhur yang tinggal dalam gua di bawah kekuasaan Menaga Nemungki. Menaga Nemungki marah jika ada penghuni gua yang mengintip cahaya melalui akar-akar pohon purba karena ingin melihat kehidupan di luar sana.
Burung dan ular mencoba mencari jalan keluar bagi manusia, tapi mereka selalu ketahuan Menaga Nemungki. Akhirnya, diam-diam anjing menggali lubang membuat jalan kabur untuk manusia. Sebab itu Suku Amungme tidak makan daging anjing.
Versi ketiga ihwal asal usul Suku Amungme menyebutkan ada seorang perempuan tua yang memberikan sebuah tongkat kecil kepada anak gadisnya. Anak itu dipercaya masih bersih dari dosa. Dengan tongkat kecil tadi, anak gadis tersebut mampu membuka pintu gua dan mengajak orang-orang pergi meninggalkan gua.
Orang-orang yang keluar dari gua berjalan menuju arah barat. Mereka berhenti di Lembah Baliem, kemudian berjalan lagi dan tiba di Kwiyawagi, sebuah dataran tinggi antara Tiom dan Ilaga. Dalam perjalanan, orang-orang itu terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama beristirahat lalu membuat api unggun besar. Kemudian datang kelompok berikutnya yang tertinggal dari rombongan. Mereka meminta api, kayu bakar, dan makanan karena kedinginan dan kelaparan. Sayangnya kelompok yang tiba lebih dulu dan telah membuat api unggun tadi tak memberi mereka makanan.
Akibatnya, rombongan yang tertinggal tadi pun pergi. Ada yang berjalan ke arah selatan, ke utara, dan timur. "Inilah awal mula pembagian beberapa etnis di pegunungan Papua," kata Hari Suroto. Kata Amungme dalam versi ketiga ini berarti orang-orang yang pertama duduk di samping api atau kelompok yang membuat api unggun tadi.