Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ayah Kunto Aji, Panselut Budi Anggoro meninggal pada Selasa, 14 Juni 2022 dalam usia 62 tahun setelah berjuang melawan kanker. Penyanyi dan penulis lagu itu mengabarkan kabar duka tersebut melalui unggahan di media sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Assalamualaikum wr. wb Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun telah berpulang ke Rahmatullah Suami/Ayah/Akung kami tercinta: Panselut Budi Anggoro bin Sosrolumakso Selasa, 14 Juni 2022," tulis Kunto Aji di Twitter. "Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekhilafan almarhum semasa hidupnya dan memohon doanya semoga amal ibadah almarhum selama hidupnya diterima di sisi Allah Swt," tulisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua hari sebelum ayahnya meninggal, Kunto Aji sempat mengungkapkan perasaannya. Penyanyi 35 tahun ini sangat khawatir saat kondisi ayahnya kritis yang berdampak pada kegiatan sehari-harinya. Namun, melihat keikhlasan dan ketegaran Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melepas kepergian putra pertamanya, Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril yang hilang terbawa arus Sungai Aare, Bern, Swiss pada 26 Mei 2022, membuat pemilik nama lengkap Kunto Aji Wibisono ini belajar menerima keadaan.
"Jujur bokap lagi sakit kritis begini, kepala jadi penuh. Susah konsen. Tapi setelah baca gimana Pak Ridwan Kamil merespon cobaan yang beliau terima, rasanya jadi lebih adem. Menerima kehilangan gapernah mudah. Tapi bagaimanapun ada pertemuan dan ada perpisahan," tulis Kunto Aji.
Akun RK Jabar Juara mengunggah foto saat Eril sungkeman kepada ayahnya, Ridwan Kamil. Foto: Instagram RK Jabar Juara.
Pelantun lagu Terlalu Lama Sendiri ini bercerita bahwa ayahnya sudah selama setahun terakhir berjuang melawan kanker. Kunto Aji melihat perubahan drastis pada tubuh ayanya sejak didiagnosis mengidap kanker. "Setahun belakangan sungguh melelahkan, melihat beliau melawan cancer, dari sehat, segar bugar rajin olahraga, hanya dalam setahun badan habis," tulisnya. "Nulis gini aja berkaca-kaca, mayan lega dikit, makasih semua doanya."
Ia merasakan sendiri banyak kemudahan atau kebetulan baik yang memperlancar jalan sang ayah. Kunto Aji bersyukur bisa menemani hari-hari terakhir saat kondisi ayahnya kritis. "Semua kebetulan baik yang mengumpulkan kita di rumah, mengantar papa pulang. Didoakan dan didampingi keluarga hingga akhir hayat," tulisnya.
Kunto Aji mengantarkan langsung sang ayah ke tempat peristirahatannya yang terakhir di TPU Jombang, kemarin. Banyak kemudahan itu kembali terjadi saat proses pemakaman. "Menemukan slot pemakaman. Dipermudah. Pengurusan akta kematian berjalan beriringan. Sehingga saya bisa dengan tenang memandikan dan menyalatkan jenazah di rumah," tulisnya.
Kondisi cuaca juga sangat mendukung meski sebelum pemakaman hujan deras. Menurut Kunto Aji saat jenazah ayahnya hendak dimakamkan, langit tiba-tiba cerah dengan warna keemasan sehingga Kunto Aji dan adiknya bisa turun ke liang lahad. "Mungkin bukan kebetulan, saya harus koreksi, ini adalah amalan beliau. Amal baik dan cinta yang selalu beliau tebar dalam hidupnya," tulisnya.
Kunto Aji teringat bahwa sang ayah pernah berucap tidak ingin menyusahkan orang lain jika meninggal, dan itu benar-benar terjadi. "Terima kasih semua pelajaran hidupnya. Terima kasih sedah memudahkan kami. Hari itu lebih banyak senyum, menjadi pelumas kami untuk mengikhlaskan. Karena kami tau papa dilancarkan jalannya menuju tempat terbaik, bersama-Nya," tulis Kunto Aji.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.