Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari biasanya dirayakan bersama dengan pasangan. Namun, kini banyak yang merayakannya sendirian dengan solo traveling.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Solo traveling akan membantu pelancong mengenal karakter pribadi dan memberikan pengalaman bepergian tanpa ada gangguan. Berdasarkan survei International Medical Group oleh International Travel and Health Insurance Journal, cara liburan satu ini semakin diminati pada 2025. Sebanyak 48 persen responden berencana melakukan perjalanan sendiri dengan mengunjungi keluarga di negara lain dan wisata perkotaan.
Memanjakan Diri Sendiri
Seorang pakar solo traveling, Shakeemah Smith, mengatakan bahwa dia tidak berdiam diri di rumah saat Hari Valentine hanya karena lajang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya akan memanjakan diri dengan menghabiskan akhir pekan di Dubai," katanya dikutip dari USA Today. Ia dikenal sebagai The Passport Abuser di media sosial merekomendasikan Paris dan Bali untuk dikunjungi solo traveler. Smith juga memberi saran untuk datang ke Antigua dan Barbuda, sebuah negara kepulauan di Karibia, karena memiliki destinasi indah dan aman.
“Jika merasa cemas untuk melakukan perjalanan solo pertama, cobalah tempat yang dekat dengan rumah. Pastikan mereka berbahasa Inggris atau mereka akan menerima begitu banyak wisatawan sehingga komunikasi dengan mereka tidak akan menjadi masalah,” ujar Smith.
Menjalin Pertemanan Baru
Pelancong solo juga dapat menjalin koneksi sendiri. Ravi Roth, kreator konten perjalanan yang dikenal dengan Ravi Round the World, mengatalan bahwa ia telah bertemu dengan begitu banyak teman selama melancong sendiri. Pertemanan baru ini ia dapat ketika ngobrol dengan penduduk setempat atau sesama pengunjung bar.
Pelancong solo bukan berarti harus terus sendirian, wisatawan dapat bersosialisasi bersama orang lain di Hari Kasih Sayang. Agar perjalanan berjalan menyenangkan, Roth dan Smith menyarankan untuk bergabung bersama tur dan pengalaman grup untuk bertemu orang dengan minat sama. Pelancong solo dapat ikut dalam wisata kelompok yang dirancang khusus oleh perusahaan perjalanan.
Survei Skyscanner memperlihatkan bahwa generasi milenial dan gen z adalah paling banyak melakukan wisata sendirian. Salah satu pendiri Flash Pack, Lee Thompson mengatakan rata-rata pelanggannya berusia 39 tahun yang mengutamakan karier daripada hubungan. Perusahaan perjalanan tersebut melihat Chili, Finlandia, Jepang, Maroko, Tanzania, Thailand, dan Bali sebagai destinasi populernya. Melalui liburan kelompok, solo traveler bisa terhubung dengan orang baru dan membangun koneksi.
NIA NUR FADILLAH | USA TODAY | RCI