Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Cegah Virus Corona, Wisata Gili Indah Ditutup untuk 14 Hari

Wisata Gili Indah yang terdiri dari Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air ditutup selama 14 hari, untuk cegah mewabahnya virus corona.

16 Maret 2020 | 23.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wisatawan menggunakan kapal cepat yang menghubungkan Bali dan Gili Indah. Pemprov NTB menutup pelabuhan kapal cepat untuk mencegah penyebaran virus corona, mulai Selasa, 17 Maret 2020. TEMPO/Supryantho Khafid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mulai Selasa 17 Maret 2020, penyeberangan dari dan ke Gili Indah - Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air ditiadakan. Penutupan tersebut dilakukan, setelah adanya keputusan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) untuk pencegahan penyebaran virus corona atau Corona Virus Disease (COVID-19). 

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Utara (KLU) Vidi Eka Kusuma, penutupan pelabuhan penyeberangan kapal cepat Bali - Lombok dimulai Selasa, dan dilanjutkan hingga dua pekan ke depan.
 
Hingga Senin 16 Maret 2020, Disbudpar KLU mendata sebanyak 1.748 orang wisatawan yang ada di Gili Indah. Wisatawan mancanegara (wisman) yang datang dari Bali berkunjung ke pulau wisata di Gili Indah masih diizinkan berlibur dan tidak dibatasi waktunya.
 
Namun jika mereka ingin meninggalkan Gili Indah, kepulangannya harus menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Lembar di Lombok Barat atau penerbangan dari Bandar Udara Internasional Lombok, "Kami tidak mengusir pergi. Silahkan beraktivitas, yang terpenting terpantau,'' ujarnya. 
       
Menurut Staf Kesyahbandaran di Bangsal Pemenang, Ersan, pada Senin, 16 Maret 2020, terdapat 24 kapal yang mengangkut 828 orang wisman yang datang dari Bali. Sebaliknya, karena terdapat informasi penutupan tersebut, 2.330 orang wisman yang meninggalkan Gili Indah. 
 
Vidi Eka Kusuma mengatakan konsekuensi pencegahan penyebaran virus corona adalah pendapatan daerah menurun. Pendapatan daerah dari sektor pariwisata sekitar 70-80 persen dari pendapatan asli daerah dari pajak Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) sebesar Rp200-an miliar, "Jika pariwisata terganggu, signifikan dampaknya," ucap Vidi Eka Kusuma. Sektor pariwisata menunjang 60 persen kehidupan pariwisata di NTB.
 
Ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan Acok Zani Baso mengaku sebanyak 500 pengusaha hotel dan bungalow siap menanggung risiko penutupan. Selain itu adanya 1.400 orang warga setempat dan 5.000 orang pekerja yang menggantungkan nafkahnya dari pariwisata, "Kami belum siap. Terkaget-kaget. Ini musibah kedua setelah gempa dua tahun lalu," katanya. 
 
Sejumlah wisatawan asing duduk di salah satu restoran di Pantai Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB, Senin, 26 November 2018. ANTARA
 
Sementara Acok Zani Baso yang memiliki usaha penginapan dan bar  memberikan gambaran perputaran uang di Gili Trawangan cukup besar. Hal itu terlihat dengan adanya 12 ATM bank yang ada di sana. Masing-masing ATM setiap harinya harus menyiapkan Rp 500 juta untuk kebutuhan wisatawan. 
 
SUPRIYANTHO KHAFID
 
 
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus