Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kereta mewah yang menghubungkan satu negara ke negara lain, dan berhenti di setiap destinasi wisata, mungkin sudah biasa. Tapi yang ditawarkkan kereta mewah Danube Express ini berbeda. Ia membawa wisatawan mengunjungi wilayah-wilayah yang diduduki imperium Turki Ottoman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di dalam gerbongnya, sofa yang nyaman dan kasur yang empuk dibalut interior bernuansa Eropa yang elegan. Kulinernya juga luar biasa, yang mewakili ikon-ikon masakan Eropa. Sementara itu, pemandangan di luar yang disekat kaca, menyajikan pemandangan yang acak: gurun pasir, desa abad pertengahan, kota-kota warisan komunis, kebun bunga matahari tanpa ujung, dan kastil serta masjid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan Danube Express dimulai dari Turki, Bulgaria, Rumania, dan Hongaria. Merajut kembali 600 tahun para sultan Turki Ottoman menguasai Eropa Timur. Danube Express dioperasikan oleh perusahaan kereta api Golden Eagle itu hanya memuat 50 penumpang eksklusif mereka, dengan lama perjalanan selama empat hari.
Kereta makan Danube Express menyajikan hidangan Eropa yang dimasak di dapur kereta. Foto: @viktoria.bozoki.kiss
Hotel berjalan ini menjanjikan kemewahan mulai dari panorama, interior, kamar tidur, hingga kamar mandi bintang lima dengan produk mandi L'Occitane. Berikut ringkasan perjalanannya, sebagaimana dinukil dari Majalah Travel and Leisure.
Turki
Sebelum memulai perjalanan, 18 wisatawan diinapkan di Four Seasons Hotel Istanbul. Mereka diajak menikmati Istanbul, ibu kota Turki Utsmani (Ottoman) yang memerintah Eropa hingga Timur Tengah selama enam abad. Istanbul menjadi ibu kota Ottoman sejak 1453 hingga 1922.
Istanbul didirikan di bekas ibu kota Romawi Bynzantium, yang dipenuhi blok-blok berlabirin dengan jalan sempit. Destinasi pertama yang dituju adalah Istana Topkapi. Inilah tempat tinggal para sultan dari pertengahan abad ke-15 hingga ke-19.
Struktur Istana Topkapi panjang dan rendah – untuk ukuran istana-istana di Eropa – dan tampak sederhana. Kompleks istana dikelilingi bunga-bunga tulip dan mawar, burung merak dan rusa. Interiornya dipenuhi granit yang menggambarkan kekuatan, ketika para sultan menerima tamu dari negara lain.
Istana Topkapi yang 600 tahun jadi pusat pemerintahan Turki Ottoman. Foto: @mjkhoonjee
Di sudut Istana Topkapi terdapat Harem (Harim) atau istana keputrian, di sanalah ibu sang sultan, permaisuri, dan selir tinggal. Wisatawan hanya diperkenankan mengunjungi 300 kamar, dengan jendela berkisi. Pemandangan dari balik jendela itu berupa taman air. Selain Topkapi, penumpang Danube Express dibawa ke Hagia Sophia, Masjid Biru, dan Grand Bazaar, pasar tertutup yang menawarkan permadani Turki.
Saat kereta melaju menuju Rumania, penumpang diberi sepaket hidangan berupa daging ham Parma yang dibungkus melon, diikuti oleh jamur Wellington. Setelah itu datang kue lemon, buah dan keju, dengan banyak anggur.
Bulgaria
Saat benteng Transvilania, Sighioara, jatuh ke tangan pasukan Ottoman pada abad ke-12, Bulgaria, negeri elok di Eropa Timur itu merasakan invasi Turki Ottoman kian mendekat ke wilayahnya. Para penguasa negeri itu memperkuat Benteng Veliko Tarnovo. Namun pasukan Turki yang tangguh dan pantang mundur itu berhasil merebut benteng itu pada 1393 dan membakarnya.
Benteng di Veliko Tarnovo di Pegunungan Balkan, Bulgaria. Foto: Darmon Richter
Kini, kota benteng abad pertengahan Veliko Tarnovo, merupakan destinasi wisata sejarah di bibir Sungai Yantra yang berkelok-kelok. Di kota inilah Dinasti Asen menggulingkan Byzantium pada tahun 1186. Di desa terdekat, Arbanasi, terdapat Church of the Nativity dari abad pertengahan, sebuah bangunan batu sederhana yang terlihat seperti ruang pertemuan para hobbit. Bagian dalam, yang dilukis dengan warna merah, emas, dan hijau.
Rumania
Di Rumania, Danube Express berhenti di Kota Brav dan penumpangnya diajak mengunjungi Pele. Kastil Pele dibangun pada tahun 1870-an sebagai istana musim panas untuk Carol I, seorang pangeran dari Jerman yang berkuasa di Rumania pada tahun 1866.
Terletak di Pegunungan Carpathian, Kastil Pele memiliki 170 kamar dengan gaya nostalgia atau yang biasa disebut sebagai neo-Renaissance. Dari luar, Kastil Pele tampak seperti pondok perburuan Bavaria yang beratap kayu, namun di dalamnya merupakan puncak seni interior dan arsitektur Jerman. Pada masanya, terdapat fitur futuristik seperti bioskop dan sistem vakum sentral. Sentuhan akhir ditambahkan pada tahun 1914.
Suasana Kastil Drakula atau Kastil Bran yang berada di Transylvania, Rumania, 9 Oktober 2016. Kastil Drakukla ini diketahui dibangun sejak 1388 yang kini telah diubah menjadi sebuah museum. AP Photo
Sementara Kastil Bran membangkitkan imajinasi paruh kedua abad ke-14. Kastil Bran saat itu berfungsi untuk membendung pasukan Turki Ottoman. Kini, Bran dikenal sebagai kastil Dracula, yang dikelilingi lapak yang menjual taring plastik dan kaus bergambar serigala berlatar rembulan. Cerita tentang Drakula berkaitan dengan Vlad the Impaler, seorang pangeran Wallachian abad ke-15 dengan kecenderungan untuk menyula musuh-musuh Ottoman – saat ia berpihak terhadap Turki Ottoman.
Hungaria
Memasuki wilayah Hungaria, para penumpang disuguhi Great Hungarian Plain, hamparan luas padang rumput yang menempati bagian timur negara itu. Di pinggiran Hungaria, penumpang berhenti untuk menyaksikan peternakan dan atraksi kuda lokal.
Budapest, ibu kota Hungaria, dibangun oleh berbagai bangsa yang pernah mendiaminya. Sumber: Reuters
Sesampai di Budapest, para penumpang bersantai di tepi sungai sambil minum Aperol spritz di bawah matahari terbenam. Seperti Istanbul, Budapest adalah kota kuno. Bangsa Romawi, bangsa Hun, Visigoth, Magyar, Ottoman, Hapsburg, Nazi, Soviet — mereka semua memiliki andil dalam membentuknya.