Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Daya Tarik Bunga Es, Pengunjung Bromo Melonjak 30 Persen

Fenomena bunga es menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Bromo. Jumlah wisatawan terus meningkat

25 Juni 2019 | 11.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang penduduk mengenakan masker saat mengendarai motor saat hujan abu yang menyembur dari kawah Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, Selasa, 19 Maret 2019. Hujan abu mengguyur kawasan sekitar Gunung Bromo yang tetap berlevel II atau Waspada. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Malang - Fenomena bunga es menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Gunung Bromo. Bunga es terjadi pada malam dan dini hari akibat suhu dingin di kawasan dengan ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut. “Wisatawan sangat tertarik, mereka ingin melihat fenomena frost,” kata penyedia jasa jip untuk wisatawan, Paino, Senin 24 Juni 2019.

Baca: Banjir Bromo Dinilai Bukan Kejadian Luar Biasa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aneka jenis dedaunan, dan rumput berselimut bunga es. Fenomena bunga es terjadi sejak 18 Juni 2019 di Ranupani, Lumajang kawasan lereng Gunung Semeru. Selain itu juga ditemukan di beberapa titik jalur pendakian lain di Gunung Semeru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Embun beku muncul di kawasan Bromo meliputi lautan Pasir dan Cemoro Lawang, Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo dan kawasan penanjakan di Kabupaten Pasuruan. Penanjakan merupakan area tempat menikmati matahari terbit dengan panorama sekitar kawasan Gunung Bromo.

Sampai saat ini, embun beku atau masyarakat setempat menyebut embun upas terlihat di Ranu Pani dan Cemoro Lawang. Bunga es terbentuk dari embun yang membeku akibat suhu dingin sampai nol derajat celsius. “Suhu di siang hari sekitar 5 derajat, malam dan pagi bisa di bawah itu,” kata kepala sub bagian data evaluasi dan humas Balai Besar Taman Nasional bromo Tengger Semeru, Sarif Hidayat. Fenomena ini, katanya, merupakan siklus tahunan. Terjadi saat musim pancaroba dengan suhu udara dingin.

Sedangkan bagi masyarakat setempat, embun upas bisa mempengaruhi tanaman. Sayuran tak bertahan lama setelah terkena embun upas. Tanaman sayuran menjadi membusuk dan akhirnya mati. Namun, petani setempat telah biasa menghadapi fenomena ini.

Bagi wisatawan yang berunjung ke Gunung Bromo atau mendaki Gunung Semeru diharapkan menggunakan pakaian hangat, untuk mengusir hawa dingin. Seperti mengenakan jaket atau warga setempat berselimut sarung untuk menghindari suhu dingin di Bromo.

Baca: Nyepi, Wisata Gunung Bromo Ditutup Total

Penasaran dengan fenomena bunga es, jumlah pengunjung naik sekitar 30 persen dari rata-rata pengunjung harian dari Cemoro Lawang 40 sampai 60 wisatawan mancanegara dan 1.000 wisatawan nusantara. Jumlah pengunjung naik juga berbarengan dengan libur sekolah. 

Mitra Tarigan

Mitra Tarigan

Menulis gaya hidup urban untuk Koran Tempo dan Tempo.co

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus